tag:blogger.com,1999:blog-67370385276703790152024-02-20T09:54:32.147-08:00Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqil (AQILIANS)Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.comBlogger32125tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-15268546411409905472015-01-26T09:54:00.000-08:002015-01-26T09:56:45.510-08:00Perlukah PMII kembali ke dalam naungan NU?<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]-->
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PMII adalah
organisasi yang dilahirkan dari tubuh NU. Dari tinjauan ulang sejarah, para
mahasiswa NU pada waktu itu ingin mendirikan suatu organisasi khusus di level
mahasiswa karena pada saat itu yang ada hanyalah IPNU yang notabenenya adalah
untuk pelajar. Sedangkan mahasiswa sebagai pribadi yang bebas, kritis dan penuh
gejolak semangat di rasa tidak bisa berada dalam lingkup IPNU, mereka
membutuhkan ruang gerak tersendiri. Akhirnya pada akhir tahun 1955 dibentuklah
Ikatan Mahasiswa NU (IMANU) yang diprakarsai oleh beberapa pimpinan pusat dari
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Namun tak lama berselang, PBNU segera
membubarkannya karena mempertimbangkan efektifitas kerja dan waktu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">IPNU kemudian
mengadakan Konferensi Besar di Kaliurang pada tanggal 14-16 Maret 1960. Dalam
konferensi ini dirumuskan pendirian suatu organisasi mahasiswa yang terlepas
dari IPNU baik secara struktural maupun administratif yang kemudian
dikristalkan dengan nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan
dikukuhkan dalam dokumen lahir yang dibuat di Surabaya. Tepatnya di Taman
Pendidikan Khodijah pada tanggal 17 April 1960.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PMII yang pada
waktu itu masih terikat dengan NU bergerak dengan politik praktis karena berada
di bawah naungan NU. PMII sebagai organisasi mahasiswa tidak bisa bergerak
bebas karena harus senantiasa mendukung dan menyokong tindak tanduk NU yang
pada waktu itu masih menjadi organisasi politik. Hal itu dianggap merugikan
PMII karena membatasi pergerakannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Kondisi ini
menuntuk PMII untuk mengkaji ulang arah geraknya, khususnya dalam bidang
politik praktis. Sehingga pada tanggal 14-16 Juli 1972 PMII mengadakan
Musyawarah Besar yang melahirkan deklarasi Independen di Murnajati, Lawang,
Jawa Timur, kemudian dikenal dengan “Deklarasi Murnajati”.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dan kini NU
menuntuk PMII untuk kembali manjadi Badan Otonom (Banom) NU dikarenakan NU
sudah tidak menjadi organisasi politik lagi sejakmuktamar ke-27 di Situbondo
pada tahun 1984, dibawah kepemimpinan K.H Abdurahman Wahid (Gus Dur) NU
menyatakan sikap “kembali ke khittah 1926” NU meletakkan organisasi politik dan
kembali menjadi organisasi sosial keagamaan.</span></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sebenarnya
tuntutan untuk kembali ke tubuh NU lagi tidak hanya sekali ini dilakukan oleh
NU, sebelumnya pada maret 2011 lalu Pengurus Besar NU juga pernah menuntut PMII
untuk kembalik lagi ke dalam badan NU. Kini tuntutan itu kembali diajukan pada
Sidang Komisi Organisasi Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar
Nahdatul Ulama (Munas-Konbes NU) pada Sabtu, 1 November 2014 lalu. PBNU dan
seluruh perwakilan wilayah NU dari seluruh Indonesia telah sepakat memberikan
tenggat waktu kepada PMII hingga menjelang Muktamar NU 2015 nanti. Jika tak ada
sikap dari PMII maka PBNU memutuskan akan membuat organisasi kemahasiswaan baru
di bawah naungan NU.</span> <br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Mengapa PMII harus kembali menjadi Banom NU?</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ada beberpa alasan
kuat terkait harus kembalinya PMII menjadi banom NU.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Pertama, alasan PMII untuk melepaskan diri dan mendeklarasikan
independen dengan deklarasi Murnajati adalah karena pada waktu itu NU bukanlah
organisasi sosial keagamaan namun organisasi politik. Sedangkan sejak tahun
1984 NU sudah memutuskan untuk kembali ke khitta 1926 dan menjadi organisasi
sosial keagamaan lagi sehingga alasan PMII keluar dari banom NU karena NU
adalah organisasi politik sudah tidak bisa berlaku lagi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Kedua, PMII dan NU sama-sama memilki komitmen menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di era reformasi ini kebebasan sudah bisa
dirasakan oleh semua elemen masyarakat Indonesia. Saat ini bersikap demokratis
transformatif adalah pilihan yang benar, memperbaiki sistem dari dalam adalah
cara yang harus diambil PMII<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>untuk
mendorong agenda kesejahteraan. Oleh karena itu akan lebih mudah bagi PMII jika
kembali ke dalam naungan NU lagi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Ketiga, Saat ini banyak sekali organisasi baru muncul dengan
berbagai slogan dan ideologinya. Tak jarang juga pergerakan organisasi itu
mengancam keutuhan NKRI. PMII dan NU yang sudah final mengatakan Pancasila dan
NKRI harga mati harus bisa menghalau berbagai ancaman yang menerpa. PMII dan NU
yang sama-sama berlandaskan ASWAJA dan sama-sama organisasi besar harus bekerja
sama dan menjadi satu untuk tetap memperjuangkan bangsa. Karena jika PMII dan
NU berjalan sendiri-sendiri maka kekuatan besar tersebut akan terbelah menjadi
dua.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Independensi PMII</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Wacana tentang
tuntutan NU untuk menjadikan PMII menjadi Banom masih menuai pro dan kontra.
Beberapa alasan tentang patutnya PMII kembali ke dalam tubuh NU sudah
dipaparkan dalam penjelasan di atas. Namun ada juga beberapa alasan dari
kader-kader PMII yang menolak kembalinya PMII ke dalam tubuh NU.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Independensi bukan
hanya soal lepasnya PMII dari tubuh NU, tapi juga soal kebebasan PMII dalam
segala geraknya. PMII tidak bisa berada di bawah naungan NU karena sebagai
organisasi mahasiswa yang bebas, PMII akan terkungkung karena di saat
menghadapi berbagai permasalahan harus memperhatikan kepentingan induknya.
Mahasiswa sebagai insan akademis harus menentukan sikap secara objektif dan
tidak bisa subjektif terarah pada NU.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dan untuk
mengembangkan ideologinya PMII jadi dapat memperjuangkannya sendiri, dengan
perubahan AD/ART yang tidak lagi dibatasi secara formal oleh madzab yang empat.
PMII dapat lebih leluasa mengembangkan sayap di berbagai perguruan tinggi umum
ataupun perguruan tinggi agama karena sifat ke-netralannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sikap independensi
juga bukan berarti PMII keluar dari faham ahlussunah wal jama’ah (Aswaja).
Keterpisahan antara PMII dan NU hanya nampak pada organisatoris formal saja.
Pada dasarnya kader PMII juga merupakan kader muda NU. Sebab kenyataanya,
keterpautan moral, kesamaan background, pada keduanya sulit untuk
direnggangkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>PMII adalah
organisasi kemahasiswaan, mahasiswa adalah insan yang mempunyai cara pandang
yang unik dan berbeda. Sehingga tidak mungkin memilik cara pandang yang sama
dengan para golongan tua dalam menyikapi suatu masalah. Jika kembali ke NU,
pergerakan PMII akan sangat terbatas sehingga tugas utama kader sebagai Agent
of Change tak akan terpenuhi secara semestinya. Terutama dalam konteks
mengkritisi pemerintah dan isu-isu politik lainnya. Sebab, sebelum mengambil
keputusan, PMII harus terlebih dahulu meminta persetujuan dan pendapat para
kiyai-kiyai PBNU.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Melihat dari
berbagai aspek pro kontra tersebut. Keputusan untuk kembali atau tidaknya PMII
ke dalam badan NU harus di pertimbangkan matang-matang oleh Pengurus Besar PMII
dengan persetujuan dan pendapat seluruh kader PMII di Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sandra Damar Siswanti</span></b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">,Ketua
Angkatan 2014, Al-Murtadlo.<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6737038527670379015" name="_GoBack"></a> Kader PMII Rayon “Perjuangan”
Ibnu Aqil. Malang 26 Januari 2015. 12:37 di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly mabna
Ummu Salamah lantai 4 kamar 51. Ditemani sunyi yang menuntut dan deru derau
rendah riak air di sungai belakang mabna.</span></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
<w:UseFELayout/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-90991960869002377372015-01-23T08:15:00.002-08:002015-01-23T08:15:51.639-08:00MEMBACA NU DAN PMII<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]-->
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sebagaimana diberitakan di NU Online bahwa salah satu rekomendasi
dari Musyarawarah Nasional dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama (Munas-Konbes
NU) yang berlangsung pada 1-2 November 2014 di Jakarta adalah memberikan
tenggang waktu kepada Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) untuk kembali
ke NU sampai Muktamar NU pada 2015 mendatang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Hal ini mengundang banyak kalangan untuk kembali membincang PMII
haruskah kembali ke NU atau tidak. Dalam menentukan sikap seperti ini tentunya
harus melalui diskusi yang matang mengingat PMII sendiri bukanlah organisasi
yang kecil melainkan menjadi organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia.
Hubungan NU dan PMII mempunyai sejarah yang kuat, mengingat juga PMII lahir
dari rahim NUdan menjadi besar juga karena NU. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Saat itu, pada kongres ke-5 PMII di Medan tahun 1973 sebagai tindak
lanjut dari Musyawaroh Besar II di Murnajati Lawang-Malang, melahirkan
Manifesto Independensi PMII. Karena sudah tidak memungkinkan lagi PMII sebagai
insan pergerakan berada pada struktur NU, mengingat saat itu NU sendiri
terjebak dalam politik praktis sehingga ruang gerak PMII sendiri menjadi
terkungkung. Dan ini menjadi kerugian bagi PMII untuk berperan secara bebas
dalam memperjuangkan organisasi dan cita-cita perjuangan nasional yang
berlandaskan Pancasila sebagaimana tertuang dalam tujuan PMII sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Keterikatan PMII dan NU memang kuat,
baik secara visi-misi maupun secara historis. Maka dari itu pada kongres PMII
ke-10 tahun 1991 di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta, melahirkan pernyataan
Deklarasi Interdepedensi PMII-NU. Meskipun PMII tidak berada dalam struktur NU,
tidak kemudian PMII bertindak semena-mena. Secara kultur PMII mempunyai
persamaan dalam hal ideologi beragama maupun ideologi bernegara yaitu <i>Ahlussunnah
wal Jama’ah</i> dan Pancasila. Di sisi lain juga, kader PMII berlatang belakang
keluarga NU dan lahirnya juga dari NU.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Hingga saat ini, hubungan
interdepedensi PMII dan NU tidak mengalami perubahan. Hasil Interdepedensi
sudah menjadi keputusan final meskipun dari NU sendiri mengeluarkan maklumat
yang menginginkan PMII kembali ke pangkuan NU dengan batas tenggang pada
muktamar NU tahun 2015. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dalam menyikapi hal ini, sebagaimana
saya sebutkan di atas harus melalui diskusi panjang. Dan dalam hal ini, PB PMII
sebagai puncuk pimpinan di struktur PMII harus ambil sikap dengan mengumpulkan
seluruh kader PMII se-Indonesia terkait membincang haruskan PMII kembali ke
pangkuan NU atau tetap Interdepedensi seperti saat ini. Harapannya dapat
melahirkan keputusan, kalaupun harus kembali ke pangkuan NU dengan pelbagai
pertimbangan dan alasan yang kuat. Begitu juga jika menolak kembali ke pangkuan
NU tentunya juga disertai dengan pelbagai pertimbangan dan alasan yang kuat.
Sehingga bisa dimengrti oleh seluruh kader PMII di Indonesia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Ada analogi menarik dari salah satu
senior PMII Kota Malang mas Romdlon yangsaya kutip dari akun facebooknya
(Romdlon Muchammad), yaitu:</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi;">“</span>Namanya mahasiswa,
meski punya rumah, punya Bapak ibu, hidupnya sehari hari ya kost. Jika kangen
atau bekal habis, atau liburan, ya pulang, minta sangu atau beraktivitas dg
bapak ibu dan saudara lainnya. Begitulah PMII, bukan banom NU, sering ngriwuki
NU atau Muslimat tapi juga sering mbantu NU dan Muslimat, termasuk penyediaan
SDM. PMII sering berkutatria dg Ansor & Fatayat, nongkrongi IPNU-IPPNU.
Maka biarlah, tak perlu diultimatum dengan pendirian PMII-P(erjuangan) semisal
GMNU - gerakan mahasiswa NU, jika PMII tak mau jadi banom NU. Anggap saja
sebagai anak yang kuliahnya masih aktif, tentu masih kost di luar rumah bapak
ibunya. Mahasiswa baru balik rumah setelah diwisuda jd sarjana. PMII pasti
balik ke rumah idiologinya NU, setelah lulus jd aktifis PMII”.<span style="mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Di atas rasanya sudah cukup bagus dalam menggambarkan hubungan PMII
dan NU. Kader PMII secara individu juga kader NU, kader PMII bisa juga
dikatakan sebagai kader muda NU. Tentunya, sudah sepatutnya NU sendiri
memberikan ruang khusus untuk kepada PMII untuk berekspresi dan mengeksplorasi
gagasannya. Ahmad Baso dalam bukunya (baca: agama NU, hal. 246) mengatakan
bahwa tidak mungkin juga dalam menyikapi sesuatu kalangan muda, kalangan tua
bahkan kalangan Tanfidziyah NU harus menggunakan cara pandang yang sama dan
masing-masing mempunyai cara maupun model yang berbeda. Sama halnya anak PMII
yang memprotes pemerintah, lalu mengajak Kyainya juga ikut turun ke jalan bikin
demo!. Nah, hal seperti ini tidak mungkin sampai terjadi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Saya rasa, hubungan interdepedensi PMII dan NUadalah keputusan yang
terbaik. Meskipun tidak dalam struktur PMII dan NU, toh, juga mempunyai tujuan
yang sama, nilai-nilai perjuangan yang sama dan ideologi yang sama yaitu
Ahlussunnah wal Jama’ah. Dan PMII tetap berada dalam poros sebagai insan
pergerakan yang selalu kritis, pantang berputus asa dalam situasi dan kondisi
apapun. <i>Wallahu A’lam</i></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Ahmad
Zainullah</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Kader
PMII Rayon “Perjuangan Ibnu Aqil”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">PC.
PMII Kota Malang</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Probolinggo,
22 Januari 2015, Jam 22.15 WIB<a href="https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6737038527670379015" name="_GoBack"></a></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>AR-SA</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]--><span class="fullpost">
</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-26410076978115166652011-10-02T00:29:00.000-07:002011-10-02T01:30:25.989-07:00Halal Bihalal; Menggagas Kantor Rayon Permanen<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />
</span></div><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Tahun ini Rayon ‘Perjuangan’ Ibnu Aqil komisariat UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang menyelenggarakan halal bihalal tidak seperti biasanya. Halal bihalal yang biasanya diselelenggarakan hanya berbentuk silaturahim kini dikemas dengan reuni akbar. Acara yang diselenggarakan pada tanggal 25 september 2011 lalu yang bertempat di aula pertemuan kota batu berjalan lancar. Sekitar 250 para undangan hadir dalam acara halal bihalal dan reuni akbar tersebut.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"></span><br />
<a name='more'></a><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Diadakannya Halal Bihalal dan Reuni Akbar tidak lain adalah menjalankan sunnatullah dalam wadah silaturahim. Silaturahim yang diadakan di bulan syawal itu sangat penting dalam menyambut pasca bulan ramadhan sehingga menjadi wadah untuk saling maaf memaafkan antar kader.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kader yang hadir dalam acara halal bihalal dan reuni akbar tersebut cukup banyak. Tidak hanya kader yang berdomisili di Jawa Timur saja melainkan kader atau alumni Rayon ‘Perjuangan’ Ibnu Aqil yang berdomisili di Jawa Tengah dan Jakarta juga turut hadir dalam acara. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Sebelum dimulai, suguhan musik yang dimainkan oleh personel grup musik Telas Ria cukup membius para hadirin. Hadirin yang sebagian membawa keluarganya mengenang masa lalunya ketika mereka mengabdi dan berjuang di Rayon ‘Perjuangan’ Ibnu Aqil. Mereka mengenang masa lalu dengan penuh bangga dan terharu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Acara dimulai pada jam 09.00 WIB dengan pembacaan Suratul Fatihah dan dilajutkan oleh prakata dari ketua panitia serta ketua rayon periode 2011-2012 sahabat Fathul. Fathul menyampaikan terima kasih kepada para hadirin karena telah meluangkan waktunya untuk hadir dalam acara ini dan mengharapkan sumbangsih ide-ide besar dalam menggagas kantor rayon permanen. Ia juga mengatakan, gagasan kantor rayon permanen ada sejak 3 tahun sebelumnya dan periode ini akan serius menindak lanjutinya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Setelah itu prakata dari ketua Rayon dilanjutkan dengan refleksi yang disampaikan oleh sahabat KH. Asrori Alfa, M.Pd yang sekaligus pendiri dan mantan ketua rayon pertama. Asrori menceritakan kembali betapa susah payah medirikan Rayon ‘Perjuangan’ Ibnu Aqil dahulu kala. Banyak rintangan yang harus dihadapinya. Tidak hanya dari PMII cabang kota malang melainkan dari PB.PMII di Jakarta. Karena mendirikan rayon pada waktu itu menyalahi aturan AD/ART organisasi. Namun dengan mendesaknya kebutuhan untuk memaksimalkan kader dan didukung dengan keyakinan yang kuat ahirnya rayon perjuangan ibnu aqil terbentuk pertama kali dilingkungan STAIN Malang (sekarang UIN Maliki Malang).</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Rayon perjuangan yang didirikan tahun 1994 adalah rayon pertama kali yang didirikan di kota Malang ini, imbuhnya. Ia menilai dan bersukur bahwa perjuangannya beserta sahabat-sahabat yang lain untuk mendirikan rayon tidak sia-sia. Sebab banyak kemajuan yang dihasilkan oleh kader rayon ibnu aqil saat ini. Salah satunya, rayon ini telah memiliki komunitas musik gambus dan teater sebelas, beserta kelengkapan alatnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Setelah refleksi berlangsung dilanjutkan pula dengan kesan alumni yang diutarakan oleh sahabat KH. Mawahib , mantan ketua rayon. Menurut Mawahib yang juga mursyid dari thoriqoh qadariah naqsabandiyah ini menegaskan kepada kader-kader muda yang sedang mengabdi di rayon ‘perjuangan’ ibnu aqil untuk tetap bersabar dalam proses berjuang dan tetap berpegang teguh pada akarnya yakni ahlusunnal wal jamaah. Dan diteruskan dengan pembacaan tahlil yang dipimpin oleh sahabat Alamul Huda, M.Pd.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Kemudian masuk pada sesi ramah tamah. Suatu sesi yang membahas secara khusus untuk meuwujudkan gagasan membangun kantor Rayon ‘Perjuangan’ Ibnu Aqil. Dari suatu diskusi tersebut menghasilkan keputusan bersama bahwa pembangunan kantor rayon permanen dibagi menjadi dua kepanitiaan. Yang pertama adalah kepanitiaan pembebasan lahan dan yang kedua adalah kepanitiaan perwujudan bangunan. Untuk koordinator pembebasan tanah telah terpilih yang diamanahkan kepada sahabat Moh. Ridwan M. Pd sedangkan untuk koordinator team bangunan akan dibicarakan di rapat selanjutnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Dalam penyampainnya, sahabat Ridwan mengungkapkan bahwa dana yang ada sekarang adalah kurang lebih 30 juta. Dana itu semuanya untuk membebaskan lahan/ tanah bangunan. Ia menargetkan agar lahan tersebut segera bisa terealisasikan secepatnya. Oleh karena itu, Ridwan menghimbau kepada seluruh kader rayon dari setiap angkatan untuk segera bersama-sama merealisasikan pembebasan tanah rayon. Kurangnya dana untuk pembebasan tanah dapat diperoleh dari sumbangan para kader, alumni, dan dermawan yang lain. Lokasi lahan yang dicari adalah dibelakang kampus UIN Maliki Malang dan tidak jauh dari kampus.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Di ahir acara, ditutup dengan pembacaan hamdalah dan para hadirin bersama-sama memakan masakan tumpeng yang telah disuguhi oleh panitia serta sambil mendengar lantunan sholawat dari personel Telas Ria.</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;"><br />
</span></div><div style="text-align: justify;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif;">Laporan dari Choirul Rozi (Angkatan Sangkakala)</span></b></div>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-73448117304030647962011-09-27T05:37:00.000-07:002011-10-02T01:03:08.258-07:00Membumikan NDP PMII; Usaha Mempertahankan PancasilaDalam perjalanan sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mahasiswa selalu menjadi “pemeran utama”. Artinya, urgensi atau peranan mahasiswa dalam mewujudkan Negara Kesatuan tidak bisa dihapuskan begitu saja. Termasuk juga dalam peranan mempertahankan keseimbangan atas gejolak yang ada. Mulai dari terbentuknya Negara Republik (baca: proklamasi), mahasiswa menjadi inisiator utama, seperti Soekarno, M. Hatta, dan lain-lain, sampai pada runtuhnya orde baru. Sekali lagi, mahasiswa selalu menjadi “pemeran utama” dalam gerakan perubahan di Indonesia 1.<br />
<a name='more'></a><br />
<strike></strike><br />
Pasca Orde Baru<br />
<br />
Seiring dengan berjalannya waktu, sebagai Negara, Indonesia tidak pernah lepas dari konstelasi dunia (global). Dalam sejarah Indonesia, banyak bukti yang menunjukkan bahwa Indonesia sering dikendalikan oleh wacana “asing” yang (terkadang) berwatak imperialistik. Bangsa Indonesia sering dijejali dan atau terpukau dengan wacana dari “luar” yang (lagi-lagi terkadang) membuat Indonesia masuk dalam lingkaran hegemoni. Lebih lanjut lagi, persoalan ini memang bukan sekedar dikotomi antara “Barat” dan “Timur”, yang berwatak dangkal dan picik. Akan tetapi, adalah persoalan bahwa wacana tersebut yang (kebetulan) berasal dari “Barat” itu sering berefek menjajah atau menelikung.<br />
<br />
Indonesia lantas tidak sekedar masuk dalam lingkaran wacana (Barat) yang menggerus dirinya. Akan tetapi, juga masuk dalam cengkraman imperialisme global yang sangat hegemonik. Indonesia dijajah dan dikendalikan, misalnya dari aspek sosial, politik, ekonomi, ideologi, kebudayaan dan seterusnya.<br />
<br />
Selain itu, dari sudut pandang ideologis (khususnya), Indonesia beberapa tahun belakangan menjadi “kalang kabut”, sebut saja persoalan (baca: wacana) HAM dan Agama, issue tran-nasional yang kemudian sangat berdampak besar bagi keutuhan NKRI. Akhirnya, sebagai dampak dari itu, pancasila pun sebagai ideology Negara “sedikit” tergoncang eksistensinya (baca: keberadaannya).<br />
<br />
Dari berbagai permasalahan yang terjadi, bangsa Indonesia, akhirnya –diakui ataupun tidak- sedikit kehilangan karakter berkebangsaannya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pergulatan ideologis antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain (rasikalisme dan liberalism) mulai dari semangat membentuk Negara Islam (baca: Khilafah Islamiyah) oleh beberapa kelompok sampai pada pengahapusan pancasila sebagai ideologi Negara. Termasuk juga hilangnya karakter nasionalisme dalam diri (sebagian) tokoh politik di Indonesia.<br />
<br />
Mengapa demikian? Dampak dari pergulatan tersebut, kemudian menjadikan masyarakat Indonesia (dunia pada umumnya) bersikap pragmatis, hedonis, dan berfikir positivistic-materialistik. Sehingga, “kejahatan” politik kemudian menjadi perihal yang permisif, sebut saja, korupsi yang merupakan kejahatan HAM.<br />
<br />
PMII dan Keutuhan Pancasila; Membumikan NDP PMII<br />
<br />
Adalah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang merupakan organisasi keislaman yang berbasis pengkaderan dan bersifat keagamaan, kemahasiswaan, kebangsaan, kemasyarakatan, independensi dan professional2, (seharusnya) mempunyai peranan penting dalam mempertahankan Pancasila sebagai ideologi Negara yang kemudian menjadi landasan dalam membentuk karakter bangsa.<br />
<br />
Berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia seperti yang telah dijelaskan di atas, perlu memperoleh perhatian khusus oleh para aktivis mahasiswa, khususnya PMII yang memang memiliki kerangka atau acuan dalam segala aktivitas gerakan yang dilakukan (baca: NDP).<br />
<br />
Kerangka acuan tersebut harus menjadi titik pijak gerakan dalam menghadapi berbagai permasalahan, termasuk dalam membentuk karakter berkebangsaaan.<br />
<br />
Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang notabene menjadi ideologi alternatif3 dalam mengimbangi laju globalisasi, agar tercipta tatanan yang seimbang “tanpa tekanan dan dominasi”. Keberadaan Aswaja –sebagai ideologi yang ditawarkan- bisa mengadaptasi dengan situasi dan kondisi. Terntunya, segala langkah perubahan yang diambil harus tetap berlandaskan pada paradigm kaidah al-Muhafadzatu ala Qodim al-Sholih wa al-akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah, (meyamakan langkah dengan mempertahankan sebuah tradisi yang kondisinya masih baik dan relevan dengan masa kini atau berkolaborasi dengan nilai-nilai baru yang kenyataannya pada era kekinian dan masa mendatang akan lebih baik).<br />
<br />
Sementara Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII yang merupakan rumusan nilai-nilai yang diturunkan secara langsung dari ajaran Islam serta kenyataan masyarakat dan negeri Indonesia, dengan kerangka pendekatan Ahlussunnah wal-Jama’ah. NDP harus senantiasa menjiwai seluruh aturan organisasi, memberi arah dan mendorong gerak organisasi, serta menjadi penggerak setiap kegiatan organisasi dan kegiatan masing-masing anggota. Sebagai ajaran yang sempurna, Islam harus dihayati dan diamalkan secara kaffah atau menyeluruh oleh seluruh anggota dengan mencapai dan mengamalkan Iman (aspek aqidah), Islam (aspek syari’ah) dan Ihsan (aspek etika, akhlak dan tasawuf.<br />
<br />
Sebagai tempat hidup dan mati, negeri maritim Indonesia merupakan rumah dan medan gerakan organisasi. “Di Indonesia organisasi hidup, demi bangsa Indonesia organisasi berjuang”.<br />
<br />
Sebagai tempat semai dan tumbuh negeri Indonesia telah memberi banyak kepada organisasi. Oleh sebab itu, organisasi dan setiap anggotanya wajib memegang teguh komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. NDP adalah penegasan nilai atas watak keindonesiaan organisasi.<br />
<br />
NPD PMII yang di dalamnya terdapat nilai ketuhanan (Tauhid), nilai ke-hamba-an sebagai seorang makhluk yang berelasi dengan penciptanya (Hablun minallah), nilai humanism (Hablun minannas), dan nilai kecitaan terhadap alam dan tanah air (hablun minal alam). Dan Ahlussunnah wal Jama’ah digunakan sebagai pendekatan berpikir (Manhaj al-Fikr) untuk memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. Pilihan atas Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai pendekatan berpikir dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam merupakan keniscayaan di tengah kenyataan masyarakat Indonesia yang serba majemuk. Dengan Ahlussunnah wal Jama’ah yang mengenal nilai kemerdekaan (al-Hurriyah), persamaan (al-Musawah), keadilan (al-’Adalah), toleransi (Tasamuh), dan nilai perdamaian (al-Shulh), maka kemajemukan etnis, budaya dan agama menjadi potensi penting bangsa yang harus dijaga dan dikembangkan. (Sekali lagi) terlebih dalam rangka menjaga eksistensi pancasila di bumi Nusatara.<br />
<br />
Harapan: PMII for Nusantara<br />
<br />
Keberadaan PMII sebagai organisasi yang dapat menciptakan sub-cultur di tataran mahasiswa, tentunya dengan landasan tersebut, diharapkan dapat menjadi solusi atas keutuhan dan eksistensi pancasila. Baik dari tantangan imperialisme globalisasi maupun pergulatan ideologi trans-nasionalisme yang hari ini sangat “mengganggu” bangsa Indonesia.<br />
<br />
Dengan nila-nilai tersbut pula, PMII dapat menjadi “satu-satunya” oraganisasi yang bisa membentuk karakter nasionalisme-kultural. Artinya, karakter yang dibentuk oleh PMII, kemudian dapat membentuk karakter yang secara social-agama dapat dipertanggungjawabkan segala tingkah lakunya (baca: perbuatannya) seperti yang termaktub dalam Tujuan PMII “Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia4.”<br />
<br />
Akhirnya, dengan terbentuknya karakter tersebut, maka (sekali lagi) eksistensi Pancasila sebagai ideologi Negara tidak akan pernah terganggu oleh berbagai macam gerakan. Semoga refleksi ini dapat tercapai sesuai dengan konteks serta realistis. <br />
<br />
<br />
*Ditulis untuk memenuhi persyaratan administratif untuk mengikuti Pelatihan kader Lanjutan (PKL) di Yogyakarta.<br />
<br />
** Kader PMII Rayon “Perjuangan” Ibnu Aqil Komisariat Sunan Ampel Malang<br />
<br />
<br />
<br />
Oleh Abdur RahimRayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-47589547553845962642011-09-17T22:57:00.000-07:002011-10-02T01:41:20.501-07:00Sikap itu...Setelah menyimak Diantara Bidadari-bidadari<br />
Aku terlelap berabad-abad<br />
Tercebur dikesunyian Ombak-ombak<br />
Bermimpi diselaksa Tengkorak-tengkorak<br />
Berdansa di Hutan Mimpi-mimpi<br />
<br />
Barangkali Aku Menunggu Pergulatan<br />
Atau Diam-diam Malah menyongsongnya<br />
Takterpikir Kalah atau Menang<br />
Karena masih di rundung kabut kebekuan<br />
<br />
Debur cemas membangunkanku<br />
Bergema diseluruh Ruangan Jiwa<br />
Dan ketika mataku terbika sempurna<br />
<br />
Akupun berDo’a<br />
Agar Aku terlahir lagi Dengan<br />
Bermata Buta<br />
Bertelinga Tuli<br />
Bermulut Bisu<br />
Bernafas Dungu<br />
<br />
Yang tak Mampu lagi Mengeja huruf dan Sandi-sandi<br />
Yang kau Tebar di segala Penjuru Mata Hati<br />
<br />
Semoga Tuhan meloloskan Aku dalam pertarungan menghadapi musuh yang ku ciptakan sendiri.<br />
_____________________<br />
Malang, 26 Maret 2011<br />
Ibn. RusydRayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-12989234089508824072011-03-26T03:28:00.000-07:002011-03-26T03:28:59.371-07:00Memahami “Kembali” Agama (Sebuah usaha mencapai cita-cita bersama)<i>Oleh Abdur Rahim*</i><br />
“Dan barangsiapa menganut Dîn selain Islam, maka sekali-kali ia tidak akan diterima daripadanya dan ia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali Imran 85).<br />
"Sesunggunya agama disisi Allah Adalah Islam".(Ali Imran: 19)<br />
<br />
<br />
Berbicara masalah agama berarti berbicara tentang masa lalu, sekarang, dan akan datang. Atau dengan kata lain, agama merupakan salah sau faktor penentu sejarah peradaban manusia. Isu tentang agama akan terus dan selalu hangat untuk dibicarakan, mengingat manusia tidak bisa dipisahkan dari agama. Henri Bergson mengatakan "There has never been a society without religion" (tidak ada masyarakat tanpa agama). Dipertegas lagi oleh Raymond Firth yang menyatakan bahwa "Religion is universal in human societies", agama adalah universal dalam masyarakat manusia.<br />
Agama adalah sebuah fenomena yang dekat dalam kehidupan individu dan masyarakat. Demikian dekatnya, sehingga agama menjadi perangkat dalam seluruh ritual kehidupan kita. Begitu juga dengan para ilmuan, mereka tidak penah ketinggalan dalam mengomentari agama. Mulai dari ilmuan saintis hingga ilmuan lainnya, seperti psikolog, sosiolog, politik bahkan seniman. Berbagai perspektif tentang agama pun mulai bermunculan. Mulai dari perspektif yang fundamen-radikal sampai pada perspektif liberal-rasional. Makna agama yang dihasilkan dari cara pandang demikian kemudian menghasilkan karakter (baca: sikap) beragama. Karakter untuk terbuka maupun karakter tertutup terhadap cara pandang lain. <br />
<span class="fullpost"> <br />
Untuk memenuhi universalitas dari sebuah agama (Islam), perlu kiranya pemahaman yang komprehensif dan dapat mewakili konsepsi universalitas agama menjadi sebuah sikap awal bagi umat beragama (Muslim).<br />
<br />
Memahami al-Din (Agama)<br />
Din berasal dari bahasa Arab dan dalam Al-quran disebutkan sebanyak 92 kali. Secara etimologi, din diartikan sebagai “balasan” dan “ketaatan”. Dalam arti balasan, Al-quran menyebutkan kata din dalam surat Al-Fatihah ayat 4, Maliki Yaumiddin (Dialah Pemilik (Raja) Hari Pembalasan). Demikian pula dalam sebuah hadis, din diartikan sebagai ketaatan. Rasulullah Saw bersabda Ad-diinu nashiihah (agama adalah ketaatan). Sedangkan menurut terminologi teologi, din diartikan sebagai sekumpulan keyakinan, hukum, norma yang akan mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan manusia, baik di dunia maupun akhirat.<br />
Berdasarkan hal di atas, din mencakup tiga dimensi, yaitu (1) keyakinan (akidah); (2) hukum (syariat); dan (3) norma (akhlak). Ketiga dimensi tersebut dikemas sedemikian rupa sehingga satu sama lainnya saling berkaitan, dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dengan menjalankan din, kebahagiaan, kedamaian, dan ketenangan akan teraih di dunia dan di akhirat.<br />
Seseorang dapat dikatakan mutadayyin (ber-din dengan baik), jika dia dapat melengkapi dirinya dengan tiga dimensi agama tersebut secara proporsional, maka dia pasti berbahagia.<br />
Dalam dimensi keyakinan atau akidah, seseorang harus meyakini dan mengimani beberapa perkara dengan kokoh dan kuat, sehingga keyakinannya tersebut tidak dapat digoyahkan lagi. Keyakinan seperti itu akan diperoleh seseorang dengan argumentasi (dalil aqli) yang dapat dipertahankan. Keyakinan ini pada intinya berkisar kepada Allah dan Hari Akhirat.<br />
Adapun syariat adalah konsekuensi logis dan praktis dari keyakinan. Mengamalkan syariat merupakan representasi dari keyakinan. Sehingga sulit dipercaya jika seseorang mengaku beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, tetapi tidak mengindahkan syariat-Nya. Karena syariat merupakan kewajiban dan larangan yang datang dari-Nya.<br />
Sedangkan akhlak adalah tuntunan akal budi (aqal amali) yang mendorong seseorang untuk mengindahkan norma-norma dan meninggalkan keburukan-keburukan. Seseorang belum bisa dikatakan mutadayyin selagi tidak berakhlak, la diina liman la akhlaqa lahu. Demikian pula, keliru sekali jika seseorang terlalu mementingkan akhlak daripada syariat.<br />
Dari ketiga dimensi din tersebut, akidah menduduki posisi yang paling prinsip dan menentukan. Dalam pengertian bahwa yang menentukan seseorang itu mutadayyin atau tidak adalah akidahnya. Dengan kata lain, yang memisahkan seseorang yang beragama dari yang tidak beragama (ateis) adalah akidahnya. Lebih khusus lagi, bahwa akidahlah yang menjadikan orang itu disebut Muslim, Kristiani, Yahudi atau yang lainnya.<br />
Kaitannya dengan itu, maka –menurut penulis- agama harus difahami tidak hanya sebatas religiusitas (keyakinan), melainkan agama harus defahami sebagai ilmu, moral dan social system dalam berkehidupan.<br />
Pertama, agama sebagai religiusitas adalah ber-akidah dalam beragama. Artinya, sudah menjadi sebuah keharusan bagi seluruh umat beragama. Keharusan yang sesuai dengan “pilihan” untuk beragama. Pemahaman yang seperti ini seharusnya sudah final dan sifatnya sangat privacy bagi setiap manusia. Inilah yang disebut dengan agama mempunyai dimensi esoteric yang “seharusnya” tidak bisa diganggu gugat.<br />
Kedua, agama sebagai ilmu seharusnya menjadi motivasi tersendiri bagi seseorang dalam mencari makna kehidupan (baca: ilmu dan pengetahuan). Artinya, konsepsi seperti ini, juga membuat seseorang menemukan sendiri bekal ataupun jalan untuk mencapai tujuan akhir dalam sebuah kehidupan (surga). <br />
Ketiga, agama sebagai moral dan system sosial. Manusia sebagai masyarakat sosial (zoon politicon) tentunya membutuhkan tata-cara atau mekanisme berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, manusia membutuhkan perilaku-perilaku yang “disepakati” dalam berkehidupan. Baik kesepakatan yang dihasilkan secara komunal (kelompok) atau global (keseluruhan). Mekanisme berperilaku yang berangkat dari doktrin-doktrin agama maupun dari lingkungan sosial. Pemahaman yang seperti ini kemudian mewakili dimensi eksoterik (syariat-muamalah) dalam sendi-sendi kehidupan. Pemahaman seperti ini –khususnya yang terakhir- yang kemudian membuat seseorang dapat berintraksi dengan sangat terbuka. <br />
Kaitannya dengan cita-cita bangsa adalah bahwa proses mewujudkan “Bhineka Tunggal Ika” dengan mekanisme demokrasi dan pluralisme banyak persoalan yang sampai sekarang belum menemukan titik temu. Artinya, banyak ketidaksepakatan yang muncul karena doktrin agama. Misalnya, ke-alergi-an beberapa umat agama (muslim) terhadap kelompok lain bahkan terhadap agama lain, sehingga menyebabkan kekerasan dan semacamnya yang kemudian menghambaat proses “ke-Bhineka Tunggal Ika-an” tersebut.<br />
Akhirnya, semoga pemahaman yang komprehensif (universal) tidak hanya sebatas pemahaman yang memunculkan kesadaran magis dan kesadaran naïf bagi kita semua, tetapi juga dapat memunculkan kesadaran kritis yang kemudian menjadi sikap dan karakter dalam relasi-interpersonal agar dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama.<br />
<br />
<br />
<br />
*<i>Kader PMII Rayon “Perjuangan” Ibnu Aqil UIN Malang dan Alumni Ponpes Syarifuddin Wonorejo Lumajang</i><br />
</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-39855988984561660522010-12-29T23:07:00.000-08:002010-12-29T23:07:40.817-08:00<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhqxLCKrWOtceBn2H-0mmwVlLGIVLgtRiW_G2eqDYId9mpReZqDIWJNEkTWgg2gtmZjdZPGLxhTG72WNApxYnurykYwD-XZUPHTAX8GrlyWddZeQvZJICPqEyABHwhPSc5Lz5meycQX_3t/s1600/myfive085731946004design.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhqxLCKrWOtceBn2H-0mmwVlLGIVLgtRiW_G2eqDYId9mpReZqDIWJNEkTWgg2gtmZjdZPGLxhTG72WNApxYnurykYwD-XZUPHTAX8GrlyWddZeQvZJICPqEyABHwhPSc5Lz5meycQX_3t/s320/myfive085731946004design.jpg" width="280" /></a></div><br />
<br />
http://www.facebook.com/afif.mrfive<br />
<span class="fullpost"> <br />
</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-54659783900891137002010-12-28T18:57:00.000-08:002010-12-28T18:57:08.577-08:00Wacana Islam dan KekerasanOleh Moh. Isomuddin Aqilians (Sapu Jagad)<br />
<br />
Abstract<br />
In recent times, Muslim societies have been plagued by many events that have stuck the world as offensive and even shocking. This has reached the extent that one finds that Islamic culture has become associated with harshness and cruelty in the popular. When one interacts with people from different part of the world, one consistently finds that the image of Islam is not that of the humane religion. From this perspective, the event described above ought not to give us pause; it simply becomes yet another inhumane incident in the history of modern Islam that borders on the incomprehensible and insane. Placed in the context of many other morally offensive events, such us The Satanic Verses and the death sentence against Salman Rushdie, the treatment of women by Taliban, the destruction of the Buddha statues in Afghanistan, the sexual violation of domestic workers in Saudi Arabia, the excommunication writers in Egypt, and the killing of civilians in terrorist attacks, this event seems to be just another chapter in a long Muslim saga of ugliness.<br />
<br />
<br />
<b>Pra-wacana: Reorientasi Jihad di Dunia Islam.</b><br />
Di dunia Islam kini, menurut Karen Armstrong, beberapa kalangan Muslim sangat memperhatikan dua masalah. Pertama, mereka menolak sekularisme masyarakat Barat yang memisahkan agama dari politik, gereja dari negara. Kedua, banyak umat Islam yang menginginkan agar masyarakat mereka diperintah menurut hukum syari’at, hukum Islam. Kedua hal inilah yang dalam perkembangan Islam selanjutnya memperhadapkan Islam dengan etos revolusioner masyarakat Barat yang mendewakan kebebasan. Perjalanan sejarah itulah yang melahirkan apa yang disebut Armstrong sebagai semangat konservatif dalam Islam.<br />
<span class="fullpost"> <br />
Semangat konservatif selalu menjadikan masa keemasan sebagai pijakan orientasinya, yaitu masa Nabi Muhammad serta masa al-Khulafa>’ al-Rasyidi>n yang meneruskan kekuasaan politik Nabi. Mereka memerintah masyarakat menurut hukum Islam . Nabi Muhammad adalah seorang rasul, sekaligus pimpinan politik dari jamaahnya. Al-Qur'an yang disampaikannya kepada bangsa Arab pada tahun-tahun awal ke-7. menegaskan bahwa kewajiban utama seorang Muslim adalah untuk menciptakan masyarakat yang adil dan egaliter. Hal ini menuntut jihad—sebuah kata yang, menurut Armstrong, lebih tepat diterjemahkan sebagai “perjuangan” atau “usaha,” dan bukannya “perang suci,” seperti selama ini dianggap orang-orang Barat. Jihad yang dimaksud di sini adalah mencakup segala bidang: baik bidang spiritual, politik, sosial, pribadi, militer, dan ekonomi. Jika seorang Muslim mampu menata kehidupannya dengan memprioritaskan Tuhan dan perwujudan rencana-Nya bagi kemanusiaan, maka ia akan mendapatkan kemantapan personal dan sosial yang membuat dirinya menyatu dengan Tuhan. Memagari satu wilayah kehidupan dan menganggapnya sebagai suatu hal yang tidak perlu dijihadkan, sama saja dengan melanggar prinsip tauhid—artinya, sama dengan mengingkari Tuhan. Dari perspektif inilah, kemudian, Armstrong menyimpulkan bahwa bagi seorang Muslim yang taat, politik bisa disamakan dengan sakramen dalam istilah Kristen. Dibahasakan dengan cara yang lebih sederhana, politik adalah aktivitas yang harus disakralkan.<br />
Fundamentalisme Konservatif: Sebuah Tinjauan Historis<br />
Ibarat gelombang, semangat konservatif itu mencapai puncaknya pada tahun 1951—yaitu, ketika karya seorang jurnalis dan politisi Pakistan, Abu> al-A’la> al-Maudu>di> (1903-1979) mulai diterbitkan di Mesir. Al-Maudu>di> khawatir Islam akan dihancurkan. Dia melihat kekuatan Barat yang besar bersatu untuk menghancurkan dan melumatkan Islam. Oleh karena itu, umat Muslim harus melawannya. Dasar ideologi al-Maudu>di> adalah doktrin kedaulatan Tuhan. Hal ini, mungkin, bisa dilihat sebagai operasi kekuatan yang jauh lebih berbahaya daripada represi: semacam productive power, meminjam diktum Michel Foucault, yang bekerja lewat pemikiran orang.<br />
Al-Maudu>di> meyakini nilai suatu ideologi. Dia menganggap Islam merupakan ideologi revolusioner sebagaimana Fasisme dan Marxisme, tapi memiliki perbedaan penting. Kaum Nazi dan Marxis telah memperbudak manusia lain, sementara Islam berusaha untuk membebaskan manusia dari ketundukan kepada apa pun selain Tuhan. Sebuah negara Islam, menurut al-Maudu>di>, adalah bersifat totaliter, sebab negara menyerahkan segala hal kepada Tuhan. Sebagai seorang ideolog ulung, al-Maudu>di> tidak mengembangkan teori ilmiah yang muskil, melainkan mengeluarkan seruan untuk angkat senjata. Dia menuntut jihad universal, yang dia nyatakan sebagai rukun Islam yang utama.<br />
Al-Maudu>di> hanyalah satu contoh kecil dari sekian banyak umat Muslim yang secara ideologis telah mereduksi Islam menjadi program protes satu-satunya melawan kekuatan-kekuatan dominan sistem dunia modern—termasuk, yang paling nyata, hegemoni Barat . Akan tetapi, dalam perkembangannya, apa yang terjadi adalah drama bellum omnium contra omnes bukan lagi sekadar the war of every man against every man seperti dituturkan Hobbes, melainkan berubah menjadi the war of every civilization against every civilization yang menjadi tesis besar Samuel Huntington—ahli politik ternama dari Universitas Harvard dalam sebuah wawancara dengan majalah Time, 28 Juli 1992. Karena tidak ada lagi “rasionalitas universal” untuk menghakimi siapa yang “benar”, maka kompetisi klaim harus diselesaikan dengan cara lain. Alhasil, muncullah pameo might is right, kekuatanlah yang akan menentukan siapa-siapa yang pantas disebut “universal” yang, pada galibnya, berhubungan dengan klaim kebenaran “final”.<br />
Sejak awal, sebagaimana dalam pelbagai catatan sejarah, kaum Muslim percaya bahwa mereka dibebani tugas misi global. Pada awal tahun 628 M, sebelum penaklukan kota Mekah, Nabi Muhammad memulai kampanyenya—yaitu, melalui penulisan suratnya yang terkenal. Inisiatifnya yang gesit tak lain adalah sebuah ajakan untuk memeluk Islam kepada seluruh raja di Balkan dan Timur tengah, termasuk Herakluis I, Kaisar Bizantium di Konstantinopel; Chosroes II, Syah Sasania Persia di Cteiphon; dan Muqauqis, uskup besar Koptik di Alexandria—surat tersebut tertulis di atas kulit dan, hingga saat ini, masih dipamerkan di Museum Topkapi, Istanbul.<br />
Dalam perkembangannya, sebagaimana penuturan Murad W. Hofmann, “ketakutan” menjadi kata yang tepat untuk menggambarkan karakter hubungan historis antara Timur dan Barat—termasuk, apa yang mereka rasakan dewasa ini. Semua itu bermula dari penyebaran kilat Islam yang menakjubkan di abad ke-7 hingga abad ke-8. Prajurit Arab yang ada—jumlahnya, selalu hanya dalam kisaran 20-30 ribu personel—dengan semangat keagamaan dan keberanian menantang maut, tidak akan mampu melakukan penyebaran yang mencengangkan ini seandainya penduduk Bizantium dan Persia tidak berserah diri secara berbondong-bondong .<br />
Dunia Kristen di Roma dan Konstantinopel tidak dapat menerima semua fakta ini. Mereka tidak dapat memahami signifikansi Islam dalam konteks sejarah agama-agama; Islam menjadi yang pertama dalam upaya pemulihan agama Kristen—yakni, dengan mengembalikannya ke akar Yudeo-Kristennya . Akan tetapi, Barat mempertahankan klaim atas superioritasnya dengan mengkonstruksi sebuah legenda, yaitu bahwa Islam telah disebarkan dengan “api dan pedang.” Yang digaungkan, salah satunya, tidakkah kaum barbar ini pun telah membakar habis Perpustakaan Alexandria yang terkenal itu? Tuduhan seperti ini, ternyata, berhasil dalam menanamkan ketakutan abadi terhadap Islam. Akhirnya, Islam selalu dikaitkan dengan kekerasan—sebuah prasangka yang, celakanya, hingga saat ini masih sangat kentara setiap kali media melaporkan kejadian-kejadian di dunia Muslim seperti di Aljazair, Mesir, Palestina, atau Kashmir.<br />
Dalam penelusuran sejarahnya, Hofmann menyebut invasi Turki di Wina sebagai cikal-bakal bagi dikaitkannya Islam dengan kekerasan. Pada masa itu, pasukan Islam Turki menebar ancaman ke seantero Eropa. Kavaleri mereka yang hanya bersenjata ringan, bahkan, berhasil membuat takut wilayah bawah Bavaria di Jerman Selatan . Sejak saat itu, maka wajar sekali bila bangsa Eropa mengaitkan Islam dengan kekerasan. Hofmann menyebut hal itu sebagai memori kolektif—misalnya, ungkapan bahwa sejarah telah memberitahu kita: mereka berbahaya, dan kaum Muslim harus diusir. Memori kolektif inilah yang, pada akhirnya, melegitimasi pasukan Salib untuk membabat umat Islam .<br />
Sejarah 1400 tahun hubungan Islam dengan Barat ditandai oleh masa konfrontasi yang panjang dan menyedihkan. Pada mulanya, Barat memahami Islam sebagai ancaman. Kemudian, selama kira-kira 300 tahun dari pertengahan abad ke-18 hingga abad ke-19, Islam diubah menjadi sebuah problem belaka. Akan tetapi, setelah itu, Islam dinaikkan tingkatannya dengan kembali menjadi sebuah ancaman. William Cantwell Smith, baru-baru ini, menggambarkan memori kolektif itu sebagai sindrom:<br />
“Dalam kasus khusus menyangkut Islam, Barat mewarisi sebentuk antagonisme yang berakar pada seribu tahun silam yang, mengenainya, terdapat sangat sedikit orang yang mengetahui keberlangsungannya (sampai hari ini), begitu pula kedalamannya......Terhadap Islam, Barat terkadang ketakutan, dan selama berabad-abad selalu merasa terancam.....Ketakutan dan kebencian Barat saat ini yang diekspresikan dalam bentuk anti-komunisme relatif melunak, dan masanya sangat pendek, dibandingkan dengan persepsi dan emosi Abad Pertengahan yang anti-Islam yang berlangsung berabad-abad.”<br />
Kesan yang sangat tidak menyenangkan semacam itu, menurut Hofmann, acap kali diperparah oleh pelbagai tindakan Muslim sendiri yang cenderung tidak Islami—sesuatu yang hanya akan membuat orang Barat menggelengkan kepala, dan, akhirnya, citra buruk Islam semakin tak terkendali.<br />
Reaktualisasi Konsep Jihad dan Pencitraan Islam<br />
Berbeda dengan Hofmann yang lebih mencermati aspek citra yang tidak seimbang dan cenderung dibuat-buat oleh Barat, Bruce B. Lawrence lebih menyoroti dari sudut pandang Islam sendiri—yakni, Islam yang bergerak, bereaksi, dan tidak statis. Lawrence mengemukakan bahwa ada tiga gerakan Islam yang berskala luas—yang merupakan pola interaksi antara Eropa dan dunia Islam yang dipicu oleh ekspansi kolonial Eropa pada abad ke-18 dan k-19—yaitu: revivalisme, reformisme, dan fundamentalisme. Revivalisme adalah reaksi pertamanya. Ketika revivalisme gagal mencapai tujuan jangka panjang, gerakan ini digantikan oleh upaya melakukan reformasi Islam dengan menggandeng gerakan-gerakan nasionalis. Ketika gerakan ini juga tidak membuahkan hasil, barulah muncul gerakan Islam fundamentalis.<br />
Gerakan revivalisme, atau kebangkitan kembali, Islam memperebutkan penguasaan atas komoditas-komoditas penting—tekstil, budak, kopi, teh, rempah-rempah, dan emas—yang diperdagangkan melalui jalur-jalur perdagangan utama dari pantai Atlantik Afrika Barat sampai ke Kepulauan Indonesia. Alhasil, berbicara mengenai Islam revivalis berarti mengakui adanya reaksi ideologis dari kelompok-kelompok kepentingan Muslim tertentu atas kerugian yang mereka alami. Islam pun menjadi simbol perlawanan menghadapi penciutan secara bertahap atas perdagangan internal dan eksternal, yang diakibatkan oleh kegiatan dagang negara-negara maritim Eropa—khususnya: Portugal, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Perancis.<br />
Adapun kelompok reformis Islam menekankan pada sains dan teknologi dalam bidang pendidikan, pada struktur konstitusi dan demokrasi parlementer di bidang politik, serta peran perempuan yang ditinjau ulang dalam ranah masyarakat. Kaum reformis identik dengan para pemikir Muslim. Oleh karena itu, jumlah mereka tidak banyak . Pun demikian, hampir selalu terdapat kesenjangan di kalangan internal kaum reformis Muslim, yaitu antara mereka yang tertarik dengan prestasi Eropa—dan memetik manfaatnya, tetapi dikemas dalam ungkapan lokal—dan para penentang mereka, dengan alasan bahwa penyesuaian tidak mungkin dilakukan tanpa kehilangan autentisitas.<br />
Selanjutnya, bila orang bisa menunjukkan substansi dari pemikiran Islam fundamentalis, esensinya tak lain adalah respons keagamaan yang cerdik terhadap keterbatasan nasionalisme Arab yang bergaya sekular . Yang tampak dari kalangan fundamentalis adalah cara mereka mengemas bahasa emosional dalam upaya perlawanan mereka. Penting untuk dicuplik di sini, sebagai sebuah acuan, sebuah kecaman terhadap Barat yang disampaikan oleh Dr. Mohammed Sakr—profesor ekonomi di Universitas Amman, memperoleh gelar Ph.D. ekonomi dari Universitas Harvard, dan anggota cabang Ikhwan al-Muslimin di Yordania. Dalam wawancara di sebuah majalah, Dr. Sakr mengatakan, “Barat anti kita”. Alternatif bagi Barat adalah dunia Islam yang bersatu, yang memungkinkan negara-negara berbagi sumber daya mereka dengan cara saling melengapi. “Baberapa negara seperti Arab Saudi dan Qatar memiliki uang, sementara yang lainnya seperti Yordania dan Mesir memiliki tenaga kerja. Persatuan akan mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semuanya.” Persatuan akan memungkinkan manfaat eksploitasi minyak untuk dibagi bersama karena “saat ini kekayaan dari kawasan ini berada di tangan segelintir Syekh , sementara mayoritas masyarakat tetap miskin.” Ia memperingatkan bahwa pada akhirnya massa akan main hakim sendiri. Lalu, apa yang harus dilakukan Barat? Ada dua hal: pertama, Barat harus memperhatikan bahwa “kita memiliki jutaan orang yang berpendidikan AS yang bukan budak Barat”; dan yang kedua, perusahaan-perusahaan Eropa-Amerika harus berhenti memerah kawasan ini, dan sebaiknya membiarkan warga kawasan ini mengatur dirinya sendiri “tanpa dikte dari Washington, Paris, atau Bonn.” Bentuk tudingan yang berbau kekesalan inilah yang, menurut Lawrence, menggambarkan nuansa wacana yang jamak di kalangan fundamentalis Islam.<br />
Sehubungan dengan hal-hal di atas, salah satu solusi yang sangat konstruktif, menurut hemat penulis, adalah proposal metodologis yang diajukan oleh Khaled Abou El Fadl—profesor Hukum Islam di Fakultas Hukum UCLA, Amerika Serikat. Abou El Fadl memilih untuk menegosiasikan bentuk-bentuk kekerasan yang sering dipraktikkan kalangan Muslim fundamentalis dengan konsep-konsep al-Qur'an yang anti-kekerasan. Hal ini dipicu oleh anggapan sebagian kalangan non-Muslim di dunia yang, menurut Abou El Fadl, telah menjadikan Islam sebagai simbol tradisi yang bengis—yakni, dengan hanya memberikan tekanan dalam jumlah yang kecil akan belas kasih dan sikap memaafkan terhadap kemanusiaan. Tak berlebihan kiranya tatkala seorang Muslim berinteraksi dengan pelbagai kalangan yang beraneka ragam di dunia ini, kecenderungannya adalah ia akan senantiasa menemukan kesan bahwa agamanya bukanlah agama humanis.<br />
Tidak ada aspek di dalam agama Islam yang begitu mendapat sorotan masyarakat dan semua media melebihi isu jihad dan terorisme . Pada kenyataannya, topik jihad di dalam Islam berdiri di atas fondasi banyaknya pernyataan tentang kemampuan Islam untuk hidup bersama dan bekerja sama dengan kaum non-Muslim. Sekalipun terdapat tulisan-tulisan perihal topik tersebut, namun apa yang masih menimbulkan teka-teki adalah bagaimana sedemikian banyak umat Islam memahami doktrin tersebut secara begitu berbeda. Tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi bahwa banyak dari apa yang ditulis tentang jihad itu kurang berwawasan atau buruk. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri pula bahwa khususnya di era modern ini, pernyataan-pernyataan dan perilaku orang Islam telah menjadikan konsep jihad kian membingungkan dan bahkan kacau-balau.<br />
Abou El Fadl sendiri berpendapat bahwa jihad merupakan prinsip utama dalam akidah Islam. Istilah jihad sendiri secara harfiah berarti “berusaha keras, tekun bekerja, berjuang, dan mempertahankan.” Dalam banyak hal, jihad berarti etika kerja yang kuat secara spiritual dan material di dalam Islam. Kesalehan, pengetahuan, kesehatan, keindahan, kebenaran, dan keadilan tidaklah dimungkinkan tanpa jihad—yaitu, tanpa kerja keras berkesinambungan dan tekun. Oleh karena itu, membersihkan diri dari kesombongan dan kerendahan, menuntut ilmu, menyembuhkan orang yang sakit, memberi makan kaum papa, menegakkan kebenaran dan keadilan, bahkan dengan risiko pribadi yang besar, semuanya adalah bentuk jihad.<br />
Al-Qur'an tidak menggunakan istilah jiha>d untuk merujuk pada perang atau pertempuran; perang atau pertempuran dirujuk dengan kata qita>l. Sementara al-Qur'an menyebut jihad sebagai mutlak (unconditional) dan tak terbatas (unrestricted), hal yang sama tak berlaku untuk qitâl. Jihad adalah sesuatu yang pada dasarnya baik, sementara qita>l tidak demikian. Setiap acuan di dalam al-Qur'an pada qita>l itu dibatasi oleh kondisi tertentu; tetapi, desakan akan jihad (exhortations to jihad), seperti acuan pada keadilan dan kebenaran, mutlak dan tak bersyarat. Pada tiap kesempatan terpisah ketika al-Qur'an mendesak umat Islam untuk berperang, al-Qur'an segera mensyaratkan tuntutan itu dengan sebuah perintah kepada kaum beriman untuk tidak melampaui batas (transgress) , untuk memaafkan, dan mencari perdamaian.<br />
Dalam al-Qur'an disebutkan:<br />
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS al-Baqarah [2]: 190).<br />
Abou El Fadl juga menegaskan bahwa justifikasi untuk memerangi non-Muslim secara langsung berbanding lurus dengan ancaman fisik yang mereka tunjukkan kepada umat Islam. Jika kaum non-Muslim tidak mengancam atau hendak merusak umat Islam, maka memerangi mereka tidaklah dibenarkan. Menurut kebanyakan ahli hukum Islam, ketidakimanan atau kekafiran (kufr) bukanlah alasan yang memadai untuk memerangi mereka karena pada dasarnya mengakhiri hidup manusia itu tidaklah dibenarkan .<br />
Kesimpulan<br />
Di zaman ketika wibawa agama mulai goyah—dan hidup dalam agama, tampaknya, menjadi laku yang tegang—kita memerlukan sebuah halte kecil untuk sejenak berpikir, berdialog, dan berusaha untuk menggali kearifan moral di dalam ajaran agama. Bukankah Nabi Muhammad SAW, sang penerima wahyu Islam, diutus untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam? Oleh karena itu, yang terpenting bagi kita adalah bagaimana kita dapat menampilkan Islam sebagai agama rahmat itu sendiri.<br />
Proposal metodologis yang ditawarkan Khaled Abou Fadl, misalnya, barangkali memang sudah semestinya kita terjemahkan ke dunia praktis. Interpretasi konsep jihad memang tengah mendesak untuk dinegosiasikan dengan konsep-konsep lain yang juga bersumber dari al-Qu’an, seperti konsep shulh} (perdamaian), ma’ruf (toleransi), salam (ketentraman), dan lain sebagainya.<br />
Akhirnya, wallahu A’lam bi al-shawab, hanya Allah Yang Maha Mengetahui akan kebenaran yang sejati.<br />
</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-67537118865127467222010-12-12T23:51:00.000-08:002010-12-12T23:51:32.702-08:00Kepemimpinan “Ideal” ala Shodr al-IslamOleh: Dung de Jogle<br />
Ada beberapa hal yang penting namakala berbicara masalah kepemimpinan. Yaitu pemimpin, pola kepemimpinan dan yang dipimpin. Semua orang bisa dan pasti menjadi pemimpin setidaknya memimpin dirinya sendiri. Kullukum ro’in wakullukum mas’ulun an ro’iyyatihi. Akan tetapi, tidak semua orang bisa menjadi pemimpin yang benar and baik (baca: Ideal). Perlu beberapa syarat dan faktor pendukung. Salah satu dari syarat tersebut adalah adanya team yang mampu dibidangnya.<br />
<br />
Keberhasilan rosulullah –jika memang dianggap berhasil- dalam membentuk negara madinah juga tidak bisa lepas dari peranan team yang dalam hal ini adalah sahabat-sahabat Nabi. Sahabat Abu Bakar misalnya, ia sosok yang jujur dan santun, sahabat Umar bin Khottob sosok yang sangat berani, perkasa dan disegani, Utsman bin Affan sosok yang sangat dermawan, dan Ali bin Talib sosok yang cerdas dan progresif dibidang keilmuan. Selain juga para sahabat-sahabat yang lain seperti Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, dan lain-lainnya...<br />
<span class="fullpost"> <br />
Pada konteks pemerintahan, para sahabat nabi -selain Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas sebagai ahli tafsir- memiliki peran penting dalam pemerintahan. Kejujuran Abu Bakar menggambarkan bahwa kepemimpinan dalam sebuah oraganisasi atau negara, harus ada kejujuran antara pemimpin dan yang dipimpin. Yang diawali dengan adanya keterbukaan. Keperkasaan dan keberanian sahabat Umar menggambarkan pertahanan bagi sebuah negara harus kuat dan kokoh. Hal ini untuk mempertahankan kedaulatan sebuah negara. Kedermawanan Utsman menggambarkan bahwa dalam sebuah negara harus Pro-rakyat. Untuk menjadi bangsa yang mamiliki peradaban yang tinggi, sosok Ali menggambarkan bahwa sebuah bangsa yang maju harus cerdas baik pemimpinnya ataupun yang dipimpin (baca: masyarakat).<br />
<br />
Terlepas bahwa rosulullah merupakan insan kamil dan manusia pilihan, disinilah, menurut penulis letak keberhasilan rosulullah dalam mempertahankan dan menciptakan masyarakat yang madani dan negara yang tamaddun. Selain akhlak -yang ada pada dirinya-, rosulullah sadar bahwa bangsa yang beradab dan berdaulat harus memiliki kejujuran, kekuatan, kedermawanan dan kecerdasan.<br />
<br />
Akan tetapi, hari ini, muncul permasalahan manakala berbicara kepemimpinan, orang sudah berlomba-lomba untuk “menjadi” pemimpin, bukan “dijadikan” pemimpin, yang berasaskan kepentingan Pribadi atau kelomok tertentu. Bukan berasaskan pada potensi diri dan pondasi-pondasi di atas, harta dan masa yang banyak menjadi senjata utamanya. Sehingga segala cara dilakukan untuk mencapainya, menjadi pemimpin. Sedangkan orang yang “dijadikan” pemimpin, akan selalu berusaha untuk menjadi orang baik, tidak hanya dijadikan orang penting. “Menjadi orang penting itu baik tetapi menjadi orang baik itu jauh lebih penting”, kata orang bijak.<br />
<br />
Akhirnya, berangkat dari kepentingan itulah, pola kepemimpinan tidak akan berjalan seperti yang diharapkan (sempurna). Wallahau a’lam.</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-78074620364060212112010-12-08T18:42:00.000-08:002010-12-08T18:50:39.281-08:00Pemahaman Fiqih yang ModeratMoh. Isomuddin AQILIANS (Sapu Jagad)<br />
Menurut Yusuf al-Qardhawy, kecenderungan pemahaman fiqih dapat dibedakan menjadi tiga:<br />
<br />
1. Pemahaman yang ekstem dan cenderung menyulitkan (ghuluw, tasyaddud)<br />
<br />
2. Pemahaman yang moderat (i’tidal).<br />
<br />
3. Pemahaman yang cenderung memudah-mudahkan dan jahil (tasahhul, tarakhkhush)<br />
<br />
Pemahaman yang pertama ini biasanya timbul dari seseorang yang belum begitu memahami secara mendalam syari’ah Islam. Akibatnya , dalam memandang syari’ah, dia bagaikan seekor kuda bendi yang ditutup samping matanya sehingga hanya bisa melihat pada satu sisi saja.<br />
<br />
Corak pemahaman yang ketiga biasanya terjadi pada seseorang yang sudah mempelajari seluk-beluk syari’ah, namun didalam hatinya ada penyakit. Hal ini antara lain karena<br />
<span class="fullpost"> <br />
pemahaman aqidahnya belum benar , belum datangnya hidayah Allah, ataupun berbagai sebab yang lain. Tipe orang ini sangat membahayakan ummat sebab dia biasanya pandai berbicara dan mengemukakan argumentasi tetapi dibalik itu terbersit sesuatu yang sangat jahat.<br />
<br />
Pemahaman yang paling tepat adalah yang kedua. Moderat disini hendaknya diartikan pada tempatnya dan jangan diartikan sebagaaimana kesalahkaprahan sebagian orang sekarang ini. Dalam corak pemahaman ini, syari’ah ditempatkan dalam posisi yang luwes, tergantung pada masa, situasi, dan kondisi namun tetap tidak akan pernah melampaui pokok-pokok syari’ah itu sendiri.<br />
<br />
<br />
<br />
ANALISIS<br />
<br />
Sebetulnya, syari’ah Islam sangatlah indah apabila berhasil dipahami dengan benar. Keindahan itu antara lain terletak pada elastisitasnya dan keadilannya. Elastisitas syari’ah Islam dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang menuntutnya, sehingga akan benar-benar tampak oleh mata betapa tinggi keadilan Islam.<br />
<br />
Selama ini, kekakuan dan kejumudan dalam memahami syari’ ah antara lain disebabkan oleh pola pikir yang salah. Beberapa kalangan memahami fiqih hanya dengan cara taqlid semata. Mereka secara membabibuta berpegang dengan kuatnya pada salah satu madzhab tanpa pernah meneliti pada situasi dan kondisi seperti apa para imam madzhab tersebut mengeluarkan pendapat-pendapatnya. Hal ini penting karena para imam tersebut tidaklah terlepas dari situasi dan kondisi tertentu dalam berfatwa.Karenanya, yang harus kita pegang teguh dari para imam tersebut adalah pola (kerangka) pikir mereka dan bukan hasil pemikiran mereka, karena hasil pemikiran dipengaruhi oleh situasi dan kondisi, padahal situasi dan koindisi yang kita alami belum tentu sama dengan yang dialami oleh para imam tersebut.<br />
<br />
Hal tersebut dengan jelas terbukti pada diri Imam Syafi’i. Pendapat-pendapatnya ketika berada di Mesir tidaklah sama dengan pendapat-pendapat sebelumnya (ketika di Irak).Pendapat-pendapatnya selama di Irak kini dikenal dengan qaulul qadim sedangkan selama di Mesir dikenal denga qaulul jadid. Dengan demikian pola pikir kita adalah berdasarkan paradigma para imam tersebut (taqlid al-manhaj} dan bukan berdasarkan hasil pikir para imam tersebut (taqlid al-qaul).<br />
<br />
Untuk bisa memiliki pemahaman seperti itu maka kita harus mengetahui seperti apa pola pikir mereka. Dalam hal ini, kita harus mengetahui kaidah-kaidah yang mereka pergunakan dalam meng-istimbath hukum. Kaidah-kaidah ini meliputi kaidah ushuliyyah (kaidah lughowiyyah) dan kaidah fiqhiyyah. Topik tentang kaidah-kaidah ini masuk dalam kajian ushul fiqih dan fiqih itu sendiri.<br />
<br />
Untuk bisa berijtihad dengan lebih tepat, masih ada lagi satu perangkat ilmu yang dibutuhkan yaitu falsafah at-tasyri’ (filsafat pensyariatan hukum-hukum Islam). Dengan perangkat ini, seorang mujtahid akan dapat meng-istimbath segala macam hukum dengan tepat dan luwes, jauh dari kesempitan, kepicikan, dan kejahilan, sesuai dengan tuntutan jaman, situasi, dan kondisi.<br />
<br />
Falsafah at-tasyri’ merupakan kajian fiqih yang tertinggi. Kajian ini akan banyak bersinggungan (overlap) dengan kajian tasawuf. Dalam kajian ini, istilah-istilah fiqih dan ushul fiqih sudah jarang ditemui. Beberapa kalangan mempelajari kajian ini dengan nama yang lain, yaitu hikmah at-tasyri’ ataupun asrar al-ahkam ( rahasia-rahasia hukum Islam). <br />
<br />
Karena itu, setelah seseorang mengkaji falsafah at-tasyri’, biasanya dia akan beralih ke kajian tasawuf. Inilah antara lain yang dimaksudkan oleh al-Junaid, seorang sufi besar, dengan perkataannya “Siapapun yang ingin masuk ke dunuia ini (maksudnya tasawuf) harus terlebih dulu memahami syariah dengan baik ”.Sebetulnya, kalau dipikirkan dengan mendalam, sangat benarlah apa yang dikatakan oleh al-Junaid. Tasawuf dipelajari oleh manusia dengan tujuan untuk untuk menggapai tujuan akhir (hakikat) ibadah, namun untuk menggapai tujuan tersebut kita harus melewati jalan yang bisa mengantarkan. Jalan itu tidak lain adalah syariah. Lalu bagaimana seseorang akan mampu menapaki jalan yang berujung pada hakikat kalau dia tidak tahu jalan tersebut.<br />
<br />
Dalam menempuh jalan (thariqah) tasawuf, seorang salik (penempuh) sangatlah membutuhkan rambu-rambu agar tidak terjerumus kedalam kesesatan yang membinasakan. Rambu-rambu itu tidak lain adalah syariah. Untuk keperluan inilah, seorang salik harus didampingi oleh seorang mursyid.<br />
<br />
<br />
SEJARAH IJTIHAD HUKUM-HUKUM ISLAM<br />
<br />
Di jaman nabi saw dapat dikatakan tidak ada ijtihad karena segala persoalan dapat langsung ditanyakan pada nabi. Hanya dalam kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertanya pada nabi dan kondisi yang mengharuskan agar masalah segera diputuskan, para sahabat memberanikan diri untuk berijtihad. Namun setelah itupun mereka akan menanyakan kembali permasalahan tersebut kepada nabi pada kesempatan yang lain.<br />
<br />
Suatu contoh, pada saat rasulullah berpesan pada sekelompok sahabat yang akan beliau utus menempuh perjalanan agar tidak menuaikan shalat ashar sebelum mencapai tujuan. Para sahabat berbeda pendapat dalam menafsirkan pesan rasulullah tersebut. Sebagian menafsirkan bahwa rasulullah bermaksud menyuruh agar para sahabat mempercepat perjalanan. Namun sebagian yang lain menafsirkan apa adanya kata-kata rasulullah tersebut. Akhirnya mereka beramal sesuai dengan hasil ijtihad masing-masing.<br />
<br />
Ijtihad bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, yang boleh dilakukan oleh siapapun juga tanpa terkecuali. Seseorang yang belum layak berijtihad namun memaksakan diri untuk berijtihad sangat tidak dibenarkan oleh syari’ah, terlebih-lebih jika ijtihadnya menyangkut orang lain. Mengenai hal ini, kiranya kita patut mengambil ibrah dari suatu kejadian di masa rasulullah. Pada saat itu ada seseorang yang sakit parah dan akan melaksanakan shalat, sementara dia dalam keadaan junub. Dia bingung apakah harus mandi atau tidak. Karenanya dia segera bertanya pada para sahabat yang lain. Seorang sahabat memberanikan diri untuk menyuruh si sakit tadi untuk mandi. Apa yang terjadi? Si sakit tersebut langsung tewas gara-gara menyentuh air mandi. Seorang sahabat yang lain segera melaporkan kejadian ini pada rasulullah. Betapa marahnya rasulullah mendengar hal itu. Beliau bersabda, ”Orang itu telah membunuhnya.”!!! Masya Allah, begitu berat tanggung jawab yang harus dipikul oleh seseorang yang berijtihad. Ijtihad bukan suatu main-main belaka. Karena itu ulama Hanafiyyah melarang minta fatwa kepada seseorang yang gemar berkelakar.<br />
<br />
Sepeninggal rasulullah, barulah para sahabat dituntut untuk berijtihad karena begitu banyaknya permasalahan baru yang harus dipecahkan. Dalam hal ini, para sahabat akan mengutamakan tradisi nabi. Untuk keperluan ini, bahkan para sahabat rela bersusah-susah untuk mendapatkan informasi bagaimana nabi mengambil hukum dalam berbagai masalah.<br />
<br />
Pada masa para tabi’in (generasi sepeningggal.para sahabat), ijtihad terus berlangsung. Mereka tersebar di berbagai negeri (kota) yang berada dibawah kekuasaan dinasti Amawiyah. Guru-guru mereka adalah para sahabat nabi yang menyebar ke berbagai negeri, seperti Ibnu Umar dan Zaid ibn Tsabit di Madinah, Abdullah bin Mas’ud di Kufah, Ibnu Abbas di Makkah, Amr ibn Ash di Mesir, dan sebagainya.<br />
<br />
Pada generasi tabi’ut tabi’in, ijtihad pun masih berlangsung sampai pada akhirnya datanglah masa-masa yang suram dalam dunia Islam. Pintu ijtihad telah tertutup. Akibatnya para ulama yang seharusnya mengemban tugas sebagai mujtahid hanya mencukupkan diri dengan bertaqlid kepada para imam-imam sebelumnya. Sebetulnya kejadian menyedihkan ini bukannya tidak mempunyai alasan yang masuk akal. Pada masa itu banyak orang-orang yang belum layak untuk berijtihad dengan lancangnya memberanikan diri untuk berijtihad. Melihat gejala inilah maka para ulama mengeluarkan seruan bahwa pintu ijthad telah tertutup. Fenomena seperti ini, dimana kaum muslimin terlalu jauh dalam meng-counter penyimpamgan yang terjadi, memang sering sekali terjadi dalam sejarah. Dalam hal ini, contoh lainnya adalah munculnya tasawuf yang terlalu jauh dari syari’ah dan terkesan rahbaniyyah (kerahib-rahiban). Tasawuf seperti ini banyak muncul di masa dinasti Amawiyyah yang dinilai menerapkan Islam sebagai sesuatu yang kering dan kehilangan ruhnya, dimana hal ini jauh berbeda dengan Islam yang ditempuh oleh generasi sebelumnya.<br />
<br />
Namun alhamdulillah, Allah tidak membiarkan kondisi syari’ah mengalami kejumudan. Allah menghendaki munculnya para mujaddid dan mujtahid di muka bumi ini. Diantara mereka terdapat Syaikhul Islam Taqiyuddin ibn Taimiyyah, yang berusaha menggebrak pintu ijtihad yang telah ditutup itu, meskipun harus menghadapi kecaman dari banyak pihak. Setelah itu bermunculanlah para mujtahid dalam usahanya menyelamatkan syari’ah Allah yang mulia.<br />
<br />
<br />
SARANA IJTIHAD<br />
<br />
Dalam berijtihad, seseorang harus memenuhi kualifikasi tertentu. Kualifikasi ini hanya bisa dicapai dengan usaha yang tidak ringan. Seseorang dituntut untuk tekun mendalami ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu pendukung yang diperlukan, agar bisa mencapai derajat mujtahid. Kualifikasi seorang mujtahid antara lain:<br />
<br />
1.Menguasai bahasa Arab dengan baik.<br />
<br />
Hal ini mutlak karena seorang mujtahid harus berinteraksi dengan Alqur’an dan Alhadits yang ditulis dalam bahasa Arab. Kedua sumber hukum ini harus dipahami menurut pemahaman bahasa Arab dan tidak mungkin dipahami dengan cara pikir bahasa lain, karena bahasa Arab mempunyai segi-segi linguistik yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Lalu bagaimana kalau ada yang berijtihad dengan bersandarkan pada terjemahan semata?<br />
<br />
2. Memahami ushul fiqih yang meliputi kaidah-kaidah lughawiyah dan kaidah-kaidah fiqhiyah. Dalam hal kaidah-kaidah lughawiyah, dibutuhkan penguasaan bahasa Arab yang baik sebagaimana disebutkan sebelumnya.<br />
<br />
3. Memahami tafsir ayat-ayat hukum dalam Alqur’an. Jumlah ayat-ayat hukum ini diperselisihkan oleh para ulama. Ada yang berpendapat bahwa jumlahnya kurang dari separuh Alqur’an. Ada pula yang berpendapat bahwa seluruh ayat-ayat Al-Qur’an pada dasarnya merupakan ayat-ayat hukum.<br />
<br />
4. Menguasai ilmu-ilmu hadits baik riwayatul hadits maupun dirayatul hadits. Mengenai ini perlu dicamkan bahwa dalam ijtihad, seorang mujtahid akan jauh lebih banyak bersandar pada Alhadits daripada Alqur’an. Hal ini bisa dimaklumi karena Alqur’an hanya memuat hal-hal pokok saja, sementara Alhadits merupakan penafsir Alqur’an.<br />
<br />
5. Mengetahui ijma’ para fuqaha’ (dengan asumsi mengakui adanya ijma’ mereka) atau sekurang-kurangnya ijma’ para sahabat (jika berpendirian bahwa ijma’ hanya berlaku untuk para sahabat nabi).<br />
<br />
6. Menguasai semua cabang syari’ah. Hal ini penting karena cabang-cabang syari’ah seringkali berkaitan satu sama lain.<br />
<br />
<br />
Malang, 06 – 12 – 2010.</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-15247679348649113182010-12-05T19:58:00.000-08:002010-12-05T19:58:00.465-08:00Almamater Aqilians<span class="fullpost">InsyaAllah ini almamater resmi Rayon "perjuangan" Ibnu Aqil untuk seterusnya.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgj66H_voer9DICLxfj3iFiz5asT7sdV78H1MAw3NFL0QHfBYDvnUlXfcVJ3KgDcSRVceD85MmwS-TBM50PDtW0aYaeSIlHy7Z8Kqu-GiV0AN5jX-tkmnSWGVt2ue0CvmspO4aYf9p95LR2/s1600/jaket+aqilians.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="226" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgj66H_voer9DICLxfj3iFiz5asT7sdV78H1MAw3NFL0QHfBYDvnUlXfcVJ3KgDcSRVceD85MmwS-TBM50PDtW0aYaeSIlHy7Z8Kqu-GiV0AN5jX-tkmnSWGVt2ue0CvmspO4aYf9p95LR2/s320/jaket+aqilians.jpg" width="320" /></a></div><br />
<br />
<br />
<div style="color: #cc0000;"><br />
</div><div style="color: #cc0000;"><span class="fullpost">Pesan:</span></div><div style="color: #cc0000;"><span class="fullpost">Harga Rp.65.000</span></div><div style="color: #cc0000;"><span class="fullpost">untuk informasi lebih lanjut hubungi 085731946004 (Sahabat Takhfif)</span></div><span style="color: blue;">http://www.facebook.com/afif.mrfive</span><br />
<br />
<br />
Pesan:<br />
<br />
Harga Rp.65.000<br />
<br />
untuk informasi lebih lanjut hubungi 085731946004 (Sahabat Takhfif)<br />
<br />
<br />
<br />
<span class="fullpost"> </span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-7930389258587967432010-11-24T10:49:00.000-08:002010-11-24T10:49:02.443-08:00Theacher's Dayby: five@dewa19.com<br />
<br />
<link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CZee%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CZee%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData"></link><link href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CZee%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping"></link> <m:smallfrac m:val="off"> <m:dispdef> <m:lmargin m:val="0"> <m:rmargin m:val="0"> <m:defjc m:val="centerGroup"> <m:wrapindent m:val="1440"> <m:intlim m:val="subSup"> <m:narylim m:val="undOvr"> </m:narylim></m:intlim> </m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:1;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-format:other;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1073750139 0 0 159 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
a:link, span.MsoHyperlink
{mso-style-priority:99;
color:blue;
mso-themecolor:hyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed
{mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
color:purple;
mso-themecolor:followedhyperlink;
text-decoration:underline;
text-underline:single;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:Arial;
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
-->
</style> </m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<div class="MsoNormal">Tepat pukul 1 lebih 3 detik mata masih mengeluarkan semangat untuk melihat layar laptop dengan modem yang begitu <i>lemot </i>sambil membuka <a href="http://www.google.co.id/">www.google.co.id</a> , seorang <i>Netizen </i>yang selalu membuka situs yang tidak lagi menjadi sahabat baru baginya. Dia mulai bertanya ada apa dengan <i>mbah </i>googlenya “wahhhh… google <i>face off</i> lagi ne” katanya dalam hatinya. Karena mulut sudah <i>pegel </i>ngomong seharian penuh.</div><div class="MsoNormal">Ternyata <i>mbah</i> google <b>memperingati hari guru nasional 2011. </b>Sedikit tentang hari guru nasional.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPSrnlCjt9y0unAZ11CchZoCRje3HXoPGhucl3U4l46fwVoLL_X5iuzm5XVzVnBgomz4_7pytp53ZbG2M2gJhCksWN91qd1nZ5mb0L06uCPK10v6RBwlzEcaHhDdznyrK9cNw-uw4fjNHR/s1600/google.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="125" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPSrnlCjt9y0unAZ11CchZoCRje3HXoPGhucl3U4l46fwVoLL_X5iuzm5XVzVnBgomz4_7pytp53ZbG2M2gJhCksWN91qd1nZ5mb0L06uCPK10v6RBwlzEcaHhDdznyrK9cNw-uw4fjNHR/s320/google.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal"><br />
</div><br />
<br />
<div class="MsoNormal"><b>Sejarahnya</b><br />
Begini ceritanya. PGRI atau Persatuan Guru Republik Indonesia lahir pada 25 November 1945. Awalnya, organisasi ini bernama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912. Lalu, pada tahun 1932, namanya berubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.<br />
<br />
Persatuan Guru Hindia Belanda atau Persatuan Guru Indonesia ini terdiri dari para guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan penilik sekolah. Mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat. Organisasi guru ini ternyata berkembang menjadi beberapa organisasi lainnya, seperti organisasi guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan lain-lain.<br />
<br />
Sayangnya, pada masa penjajahan Jepang, semua organisasi dilarang, sekolah ditutup, dan akhirnya Persatuan Guru Indonesia (PGI) tak bisa lagi beraktivitas. Namun, setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya melalui Proklamasi 17 Agustus 1945, PGI kembali berkiprah dan berhasil mengadakan Kongres Guru Indonesia untuk yang pertama kalinya, tanggal 24-25 November 1945. </div><div class="MsoNormal">SELAMAT BUAT PARA GURU.....</div>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-66434198266381778582010-11-24T10:40:00.000-08:002010-11-24T10:40:33.228-08:00himne orang pinggiran : untuk tuan-tuan<em>oleh:cah-angon</em><br />
<br />
<em>semestinya tak perlu kau tertib-rapikan</em><br />
<em>kau sendiri yang menyudutkan</em><br />
<em>menjadikan kami sebagai kebisingan</em><br />
<em>membikin kami serupa tangisan</em><br />
<br />
<em>ya!</em><br />
<em>kami lah tangisan</em><br />
<em>menggugah kegelian</em><br />
<em>merongrong kegelisahan</em><br />
<br />
<em>dan kau pun geram</em><br />
<em>tuan</em><br />
<br />
<em>lalu muncullah norma-aturan:</em><br />
<em> atas nama kemanusiaan, katanya</em><br />
<em> atas nama kesucian, da’wahnya</em><br />
<em> atas nama kenyamanan, tuturnya</em><br />
<em> atas nama kesejahteraan, kampanyenya</em><br />
<em> atas nama tuhan, sabdanya</em><br />
<em> atas nama…………</em><br />
<em> kepentingan,</em><br />
<em> kekuasaan,</em><br />
<em> kehormatan,</em><br />
<em> uang,</em><br />
<em> bisiknya……</em><br />
<em> hus………</em><br />
<em> jangan berisik, lirihnya</em><br />
<br />
<em>ha….ha….ha….</em><br />
<em>cerdik sekali kau tuan</em><br />
<em>sampai-sampai…….</em><br />
<em>kami nyenyak menyaksikan tuan,</em><br />
<em>lelap dalam kemerdekaan semu</em><br />
<br />
<em>cukup sekian, tuan</em><br />
<em>igauan-igauan kami;</em><br />
<em>orang-orang pinggiran.</em><br />
<br />
<br />
<em>Malang, Senin 17 Agustus 2009</em>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-91784241730021715222010-11-13T20:35:00.000-08:002010-11-13T20:35:45.488-08:00Bahasa; sastra dan ilmiyahby : Idung Aqilians<br />
ada sebuah pertanyaan dari seorang sahabat "tentang adanya agam bahasa sehingga menimbulkan pemisahan antara ragam ilmiyah dan ragam sastra...????".<br />
ada yang menjawab bahwa pemisahan tersebut berasal dari objek dan prosesnya... bahasa ilmiyah melihat keabsahan emoirisnya,,,, sedangkan sastra acuannya adalah dari imajinasi seseorang (non-empiris) walaupun sebenarnya imajinasinya muncul dari hal-hal yg empiris.<br />
<br />
ada juga yg menjawab bahwa tidak ada masalah dengan keduanya. kalaupun kaum strukturalis membenarkan adanya mekanisme bahasa yang amat ergantung pada para penggunanya, tp itu sangat berbahya, sebab akan menciptakan klaster-klaster bahasa...<br />
<br />
ada yang berpendapat; itu menunjukkan bahwa betapa bahsa berkembag tidak hanya sebagai media komunikasi, melainkan juga sebagai disiplin ilmu.Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-9127552087128193642010-11-13T20:15:00.000-08:002010-11-13T20:15:34.136-08:00* * *<div style="color: #073763; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;">by:luthpi ahmad <i><br />
</i></div><div style="color: #073763; font-family: "Helvetica Neue",Arial,Helvetica,sans-serif;"><i>sudah separoh malam mereka berjalan, melewati jalan setapak yang menyusuri sungai. Halauan mega putih nampak sekilas ditimur jauh mengundang ayam berkokok dan dentuman alu reyot.<br />
<br />
Hanya suara jangkrik dan ayam yang kembali dalam kediamannya, sunyi. Padangnya bulan keperak-perakan menjadikan langkah 3 pemuda itu sedikit mengurangi rasa takut. Sudah 5 kuburan mereka sibak dan berpuluh kali juga kegamangan yg hinggap. Ya atau tidak. Terus atau kembali pulang.<br />
<br />
Dari tapak ke tapak akhirnya mereka tiba juga, sebuah surau kecil disamping danau dan didepannya buah sawo berbuah ranum-ranum.</i> </div>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-48992353633592016852010-11-13T19:33:00.000-08:002010-11-13T19:33:58.028-08:00Koordinator Merapi: Kita Harus Jadi Pelopor Gerakan.by:hadiqun nuha aqilians<br />
“Selamat sahabat, semoga MERAPI bisa menjadi pioner gerakan PMII Kota Malang”, ujar Aliful Maarif, ketua PMII Cabang Kota Malang, dalam pidato penutupan sekolah gerakan.<br />
<br />
MERAPI merupakan singkatan dari Menyatukan Gerakan PMII, nama organ taktis bagi alumni sekolah gerakan yang diadakan jum'at - ahad (29 - 31/11) di Kantor PPP Singosari lalu.<br />
<br />
“Semoga MERAPI benar-benar menjadi pelopor gerakan Mahasiswa yang berpijak pada idealisme yang sesungguhnya”, Ucap Fauzan, Koordinator MERAPI.<br />
<br />
Banyak pernyataan yang muncul terkait gerakan mahasiswa pasca reformasi. Ada yang mengatakan gerakan mahasiswa sekarang mati suri, ada juga yang berpendapat bahwa gerakan mahasiswa sekarang mengalami disorientasi.<br />
<br />
“Pasca agenda reformasi '98 kita seolah bingung mau dibawa kemana gerakan PMII”, ujarnya lagi, “Untuk menjawab segala pernyataan miring diatas, maka<br />
<span class="fullpost"> <br />
sekolah gerakan ini patut diadakan.” Tambah mantan ketua Rayon “Perjuangan” Ibnu Aqil periode 2009-2010 ini.<br />
<br />
Gelaran sekolah yang dihadiri oleh perwakilan seluruh Komisariat maupun Rayon se-Kota Malang tersebut mengambil tema “memecah kebuntuan gerakan mahasiswa berbasis realitas kebangsaan”.<br />
<br />
Acara yang berlangsung tiga hari ini menyajikan beberapa materi yaitu; gerakan berbasis nilai-nilai PMII, gerakan sosial baru, free market idea atau paradigma arus balik, strategi gerakan militer, pengelolaan opini media massa, serta rekayasa sosial.<br />
<br />
Pada hari pertama, peserta diajak nontong bareng film yang berjudul “Burning Session”, film ini bercerita tentang Chico Mendez, seorang tokoh perlawanan dari Brasil yang mempertahankan hak milik atas tanah yang menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat sekitarnya yang mengandalkan pohon karet melawan perselingkuhan antara pemodal dan pemerintah yang ingin membakar hutan mereka untuk dijadikan lahan peternakan sapi.<br />
<br />
“Saya pikir setiap aktivis gerakan mahasiswa wajib menonton film ini, satu hal yang menarik dari film tersebut adalah kita tidak harus menggunakan kekerasan dalam rangka mencapai tujuan dari sebuah gerakan, Chico Mendez tidak pernah memerintahkan serikat pekerja untuk mengangkat senjata meskipun salah satu keluarga mereka tewas ditangan anak buah pemodal,” kata Fatkul, salah satu peserta saat membahas film tersebut.<br />
<br />
“Peran media juga sangat menonjol dalam rangka mendukung keberhasilan Chico,” ujar Faiz, peserta delegasi Rayon “Perjuangan” Ibnu Aqil. (diq).</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-13105800759114909782010-11-10T20:40:00.000-08:002010-11-10T20:40:11.491-08:00Employee of the Month Analisis Movieby : 5<br />
When I watch Employee of the Month’s movie I hear some soundtracks that make me interested to continuo watching it, one of them is "Kiss You All Over" that Performed by Exile and Nicolas Chinn. This kind of movie (genre) is comedy and romantic. I like it very much about it. So there are many characteristics in this movie, such as Zack, Amy, Vince, Lon, Glen Gary, Jorge, Semi, Glen Ross, Russell, Dirk, Granny, Greeter (Jerry), Gene, Grumpy Lady.<br />
I saw this too at a sneak preview and I was not disappointed.<br />
<span class="fullpost"> <br />
Zack is a really funny guy and this movie showed it. I liked the story line and their characters. I noticed that Amy only had like 20 lines and they probably just used her to sell the movie with the posters. Vince was funny as the bitter rival for Zack. Lon was refreshing as was the rest of the supporting cast. The Napoleon Dynamite dynasty keeps expanding with Jorge 's take on Vince's sidekick. The story was great and there are many funny scenes in this movie that makes it cool to work at one of those stores. Great movie, good laughs! I'd watch it again. There are some little twists to some parts of the movies and the end is alright, could be better though. Over all, good movie.<br />
Vince Downey is the head cashier and winner of 17 consecutive Employee of the Month awards at Super Club. If he wins one more Employee of the Month, he will be put in the Super Club's Hall of Fame and win a new car. Zack Bradley, who is the ultimate slacker, has been working at the Super Club for 10 years, and is still at the bottom job, working as a box boy, Then Amy enters the picture; she is a new cashier transferring in from another Super Club store. Amy has a reputation of dating men who have won Employee of the Month at the other store, so Vince and Zack want to date Amy. The fight is on to win Employee of the Month! Douglas Young.<br />
I wasn't expecting much, but I was pleasantly surprised. I laughed at several witty lines, especially one where Zach corrected Vince's grammar, but Vince didn't get it. Even Jessica Simpson didn't bother me because they didn't try to inflate her intelligence; they just made her a rather bland character.<br />
The plot isn't original, but watching Vince pretend he was Tom Cruise from Cocktail made me laugh. When I watch this sort of movie I want to laugh and I did just that. Dane Cook was a pleasant surprise too. I had never seen anything with him. I thoroughly enjoyed the movie even though I didn't think that I would.<br />
</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-75493243296306971502010-11-07T19:49:00.000-08:002010-11-07T19:49:17.764-08:00Google bak Bunglonby: five@dewa19.com <br />
Pagi yang fress untuk membuka situs www.google.com di pojok SC lantai 1, seketika itu mata melihat ada yang aneh pada situs itu. ternyata "wajah" google berganti lagi<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjiG2tpJgyGprDwW7HZ3guvOnU-svmp0ZiJwN8O62BUlteeoRK7ILGeHb3pOHceXAR-8nT5EMHcmDmQwnSDhBZkQsT-1RWkrGczIOVpr-JpXBA_lwfhFt18rCGUknTwxyEEk9E8Qlg34tm/s1600/google.gif" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="118" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjiG2tpJgyGprDwW7HZ3guvOnU-svmp0ZiJwN8O62BUlteeoRK7ILGeHb3pOHceXAR-8nT5EMHcmDmQwnSDhBZkQsT-1RWkrGczIOVpr-JpXBA_lwfhFt18rCGUknTwxyEEk9E8Qlg34tm/s320/google.gif" width="320" /></a></div><br />
Sedikit mengenai Sinar X atau sering terdengar X-Ray<br />
<br />
Tentang sinar X<br />
Sinar-X atau sinar Röntgen adalah salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang berkisar antara 10 nanometer ke 100 picometer (mirip dengan frekuensi dalam jangka 30 PHz to 60 EHz). Sinar-X umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medikal dan Kristalografi sinar-X. Sinar-X adalah bentuk dari radiasi ion dan dapat berbahaya.<br />
<br />
Sejarah Sinar-X<br />
Sinar x di temukan secara tidak sengaja oleh Wilhelm Conrad Rontgen (1845-1923).Ilmuwan Jerman pada November 1895.Pada waktu itu,Rontgen sedang mempelajari pancaran electron dari tabung katode.Lempeng logam yang letaknya di dekat tbung katode memencarkan sinar flueresens selama electron di alirkan.Oleh sebab itu,Rontgen menyimpulkan bahwa sinar tersebut di sebabkan oleh radiasi dari suatu atom.karena tidak di kenal dalm ilmu,maka Rontgen memberikan nama dengan sebutan SINAR X.<br />
Biasanya,masyarakat awam menyebutnya dengan sebutan ‘’FOTO RONTGEN’’.Selain bermanfaat,sinar x mempunyai efek/dampak yang sangat berbahaya bagi tubuh kita yaitu apabila di gunakan secara berlebihan maka akan dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya,misalnya kanker.Oleh sebab itu para dokter tidak menganjurkan terlalu sering memakai ‘’FOTO RONTGEN’’ secara berlebihan. <br />
<br />
Kegunaan Sinar X<br />
Kedokteran<br />
<br />
* Sinar X digunakan untuk mengambil gambar foto yang dikenal sebagai radiograf. Sinar X bisa menembus badan manusia tetapi diserap oleh bagian yang lebih keras seperti tulang. Gambar foto sinar X ini digunakan untuk mendeteksi kerusakan tulang.<br />
* Sinar-X keras digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanker. Kaedah ini dikenal sebagai radioterapi.<br />
Industri<br />
<br />
* Sinar X digunakan untuk mendeteksi kerusakan pada kerusakan pada mesin<br />
* Memeriksa retakan dalam struktur plastik<br />
Manfaat lainnya<br />
<br />
* Sinar X digunakan untuk mendeteksi suatu barang seni kuno apakah tiruan ato asli<br />
* Di bandara, sinar-X lembut digunakan untuk memeriksa barang-barang dan tas penumpang.<br />
So UCAPKAN ULTAH BUAT SINAR X hari ini yang ke115.<br />
:)Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-19399953663839134882010-10-31T22:37:00.000-07:002010-10-31T22:37:26.996-07:00Merawat dan Menindaklanjuti; Pekerjaan tersulitOleh : Abdur Rahim 'iDung <br />
Diskusi tentang Gerakan Mahasiswa di Indonesia membuahkan PR besar...<br />
Reformasi 1998 merupakan gerakan besar2an bangsa indonesia yang dipelopori oleh mahasiswa. Gerakan yang berangkat dari keresahan intelektual, keresahan ekonomi, dan keresahan-keresahan lainnya. misalnya, Tentara yang terlalu menguasai dan mendominasi segala lini. pada awalnya tentara (ABRI) bertujuan untuk mengakomodasi masyarakat dan dari Aksi dan Akomodasi, kemudian ke Dominasi tentara dan akhirnya pada tataran Hegemoni. dan lain sebagainya seperti:<br />
<span class="fullpost"> <br />
kebebasan membentuk dan menjadi anggota organisasi, kebebasan mengeluarkan pendapat, hak memilih, kesempatan menjadi pejabat pemerintah,dsb... Muncullah Reformasi 1998 yang menjadi Sejarah baru Bangsa Indonesia...<br />
akan tetapi, Ada beberapa PR bagi bangsa Indonesia khususnya Mahasiswa pasca Reformasi 1998.<br />
*****<br />
- Involusi Refolusi: gerakan sekedar menurunkan Soeharto...???<br />
- Partai Politik tidak menjalankan Fungsi-fungsinya, yang akhirnya muncul pragmatis-materialis, sehingga masyarakat pun Apatis terhadap Partai Politik.<br />
- matinya cendekiawan...???<br />
- rezim neo-lib mendikte negara.<br />
*****<br />
PR ini sampai hari ini masih belum terjawabkan. Banyak mahasiswa '98 sudah mulai luntur Idealismenya...salah satu faktornya adalah dibenturkan dengan yang namanya "Profesional-Birokratik" dan lain sebagainya... Indealisme yang ada pada masyarakat dan mahasiswa sulit untuk ditebak. pasalanya, idealisme itu (katanya) sudah mulai kalah dengan sistem kapitalisme, dan isme2 yang lain....<br />
*****<br />
Memang ketika berbicara masalah idealisme hari ini bisa dibilang tidak jauh seperti iman...yaziid wa yanqus...<br />
Misalnya, Hari ini Mahasiswa banyak yang berkoar-koar dijalan membela Kaum buruh, dan sebagainya... akan tetapi terkadang suatu saat bisa di cek idealismenya..(kalau memang bisa diukur)... yang awalnya "Ingin Mebenahi Sistem dari Luar sistem", suatu saat akan berkata "Memperbaiki Sistem dari dalam Sistem (Ikut Memainkan sistem)"... iotu sudah lumrah terjadi...<br />
*****<br />
Pertanyaannya Sekarang, Bagaimana merawat dan menindaklanjuti Idealisme yang dulu pernah ada... baik idealisme Intelektual, Politik, dsb...????????????????<br />
Wallahu a'lamu.<br />
</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-47409813178696396922010-10-11T00:53:00.000-07:002010-11-07T19:33:20.777-08:00"Writing" assignment by: Ilham Efendy Aqilians1.The characteristics of Argument essay<br />
1.Introduction<br />
2.Main point of the case<br />
a.The main argument of USA suing the Cooperative<br />
3.The Court’s decision<br />
4.Various aspects of the case<br />
5.Conclusion<br />
Examples:<br />
Smoking cigarette is hazardous to your health. Several years ago, a united states government study was realize that linked the intake of tar and nicotine, found in cigarettes, with development of cancer in laboratory of animals. The evidence was over whelming that united states government required cigarette manufactures to put warning on the outside of each pocket of cigarettes, which yes, “warning<br />
<span class="fullpost"> <br />
: the surgeon general has determined that cigarette smoking is hazardous to your health. “ Aside from the most serious and dreaded disease, cancer, cigarette smoking also can aggravate or promote other health problems. For example, smoking can increase the discomfort for people with asthma and emphysema. It can give one a “smoker’s cough” and contribute to bronchitis. Finally, resent studies have shown that cigarette smokers are more susceptible to common cold and flu. Whether you get an insignificant cold or the major killer, cancer, smoking cigarettes is hazardous. Is it worth it?<br />
(L. Smalley and K. Ruetten. Refining composition skill, Second Edition. New York: Macmillan publishing Company. Page 8)<br />
<br />
2. The Characteristics Of A Narrative Essay:<br />
1. Plot <br />
2. Character<br />
3. Setting<br />
4. Climax<br />
5. Ending<br />
The narrative essay format <br />
1. It has no restrictions considering in what person is should be written, nevertheless, often it is written from the first person and therefore the “I” sentences are allowed.<br />
2. This type of essay is to make a deep emotional impression on the reader through the technique of using concrete and sensory details as the dominant of the paper.<br />
Example:<br />
A memorable event in my life<br />
I’m supposed to free write for ten minute about memorable event in my life. I don’t know what to write about. Maybe about my brother’s boat accident. We were so scared. We though he was going to down. He was trapped under an overturned bout and didn’t have any air. To breath. But ended all right. He was rescued and only had a broken arm. What else can I write about? Oh! Know. A day I always remember was the day I left my country to come to the united states. That was a sad/happy day. I felt sad and happy at the same time. Maybe I should write about something happy. Our family vacation lust summer was fun. We drove to coast and camped for a week on the beach. Then there was the day the day earthquake happened. Now that was definitely a member event. I will never forget it. I was at home with my older sister little brother. <br />
(Oshima, Alice. Introduction to Academic Writing, Second Edition. Longman: page 25)<br />
<br />
3. Writing a characteristics of description essay <br />
• A certain experience<br />
• A special memory<br />
• An interesting place<br />
• One person<br />
• A thing/object<br />
Descriptive essays outline<br />
• Taste<br />
• Smell<br />
• Sight<br />
• Sound<br />
• Touch<br />
Example:<br />
The Stairway<br />
By Toshiki Yamazaki<br />
When I was on two or three years old, I lived in a house that had a strong atmosphere. I don’t remember enything about the house except the stairway. It was dark, squeaking, and quite narrow,. From the bottom of the stairway, it seem like an endless climb to the top. Beyond the darkness at the top of the stairway, there was a middle-aged, elegant lady leaning against the wall. I had to pass her every time I went to my room. For my room was the first room from the stair on the second floor. The lady was beautiful dress with quiet pattern and a tinge of blue, and peaceful eyes stared at me every time I went up the stairs. <br />
(Oshima, Alice. Introduction to Academic Writing, Second Edition. Longman: page 49) <br />
<br />
<br />
4. Persuasive essay format<br />
The characteristics of the persuasive essay format are: <br />
• A deep preliminary research<br />
• Logical argumentation<br />
• Evidence supported by reliable sources<br />
• Additional necessary facts to convince the reader<br />
• Clear reasoning<br />
• Plausible arguments and facts <br />
Persuasive essay structure: <br />
1. Introduction <br />
• The opening statement<br />
• The thesis/the idea of the essay<br />
<br />
2. Body paragraphs <br />
• the point of argument<br />
• the explanation of the argument<br />
• facts/evidence that support the idea/thesis<br />
• a small summary leading to the next argument<br />
</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-89504296178303827042010-10-05T23:02:00.000-07:002010-10-05T23:02:00.655-07:00Cara Kerja Ilmu KemanusianIlmu-ilmu kemanusiaan adalah ilmu yang mengkaji masalah kemanusiaan seperti masalah: budaya, sosial, politik, ekonomi, yang terdapat pada masyarakat. Ilmu-ilmu kemanusiaan memiliki objek kajian yang diamati secara empiris dan objek itu dianggap kongkret karena masalah kemanusiaan itu memiliki objek yang khusus yaitu manusia atau masyarakat tertentu. Contoh ilmu-ilmu kemanusiaan adalah...<br />
<span class="fullpost"> <br />
antropologi, ilmu susastra, ilmu arkeologi, ilmu sejarah, ilmu sosial, ilmu ekonomi.<br />
Sifat Ilmu-ilmu Kemanusiaan<br />
Sifat yang paling menonjol pada ilmu-ilmu kemanusiaan adalah objeknya berkaitan dengan manusia yang memiliki tindakan bermakna (meaningfull action). Di dalam tindakan (perilaku) bermakna manusia atau seseorang manghasilkan karya-karya tertantu misalnya karya sastra seperti Romeo dan Juliet karya William Shakespeare dari Inggris, karya seni seperti tari Pendet, lukisan yang termashur yaitu Monalisa karya Michelangelo. Untuk itulah apabila ingin mengkaji ilmu-ilmu kemanusiaan dengan lebih mendalam haruslah digunakan metode yang tepat, agar objektivitas dan kebenaran ilmiahnya dapat terungkap dengan benar dan sahih.<br />
Pendekatan atau Metode Ilmu-ilmu Kemanusiaan<br />
Metode yang sangat mendasar pada ilmu-ilmu kemanusiaan adalah metode pemahaman (methode verstehen). Metode pemahaman digunakan untuk memahami, meyakini tindakan-tindakan manusia ketika ia melakukan suatu karya seni ataupun terlibat dalam peristiwa sejarah, misalnya jatuhnya pemerintahan Orde Baru di Indonesia pada tahun 1998. Di dalam metode pemahaman digunakan metode wawancara mendalam (depth intervieuw), yang bertujuan untuk memahami dengan lebih baik dan mendalam tentang para pelaku budaya yang terlibat, misalnya pada peristiwa sejarah ataupun saat membuat karya seni. Metode yang lain adalah metode deskripsi, yaitu metode yang digunakan oleh para peneliti untuk mencatat, melukiskan dan menggambarkan tentang seluruh sifat dan karakteristik dari objek penelitiannya.<br />
Pada awalnya ilmu-ilmu kemanusiaan hanya menggunakan metode kualitatif, yaitu metode yang bertitik tolak pada nilai-nilai (value) kemanusiaan (nilai moral, nilai budaya, nilai agama, nilai estetis/keindahan, dan sebagainya) dalam menganalisis data penelitiannya. Tetapi dengan perkembangan dan demi kemajuan ilmu itu, maka ilmu-ilmu kemanusiaan di awal abad XX dan sampai saat ini telah menggabungkan metode statistik ke dalam penelitiannya. Sebagai contoh, di dalam penelitian pada psikologi, ilmu sosial, serta ilmu ekonomi, mereka telah menggunakan metode statistik dalam mengolah data penelitiannya.<br />
</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-62209398897391836082010-10-05T23:00:00.000-07:002010-10-05T23:55:39.727-07:00Cara Kerja Ilmu HayatIlmu hayat adalah ilmu pengetahuan yang membahas gejala alam yang bersifat hidup, atau memiliki sifat kehidupan. Sifat ilmu hayat adalah empiris, artinya gejala alam yang dianggap hidup dapat diamati secara indrawi atau faktual, nyata. Contoh pada ilmu hayat adalah...<br />
<span class="fullpost"> <br />
ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan (zoologi)<br />
Sifat Ilmu Hayat<br />
Ilmu hayat memiliki organ-organ yang dapat tumbuh, mati, berkembang biak. Setiap organ dapat memiliki sel, jaringan yang membentuk suatu sistem yang memiliki nama, fungsi, peran/tugas, kegunaan serta tujuan tertentu. Sebagai suatu sistem yang baik, maka setiap organ itu memiliki daya-daya hidup saling melengkapi, saling menunjang sehingga sistem itu berjalan dengan sempurna.<br />
Pendekatan atau Metode Ilmu-ilmu Hayat<br />
Pertama, metode kausal yang berguna untuk melihat hubungan sebab akibat yang berasal dari hubungan atau interaksi antar organ. Di dalam hubungan kausalitas itu sebenarnya terdapat semacam “informasi” di antara masing-masing organ, sehingga memungkinkan organ itu berproses swakendali atau disebut sebagai proses sibernetik. Proses sibernatik merupakan proses yang dikendalikan oleh adanya informasi umpan balik dari organ-organ yang berjalan secara teratur (mekanistis). Proses umpan balik tersebut diartikan sebagai hubungan timbal balik di antara organisme. Sebagai contoh, daun mangga ketika masih tunas (kecil) berwarna hijau muda, ketika tumbuh menjadi lebih besar berwarna hijau tua, dan ketika daun itu mati berwarna kekuningan dan setelah mengering, maka daun itu gugur. Selama pohon mangga itu masih hidup, maka terulang proses pertumbuhan daun itu. dari tunas daun hingga daun berwarna hijau tua kemudian kekuningan dan proses tersebut disebut sebagai proses sibernetik (proses swakendali), Sementara itu karena adanya asupan informasi masing-masing organisme melalui sel fotografik maka proses itu dapat berjalan dan berlangsung secara teratur dan berkala.<br />
Kedua, metode mekanistis, yaitu metode yang memunculkan adanya keteraturan tentang sistem yang berlaku pada gejala atau daya-daya hidup dari organisme. Metode mekanistis memiliki tujuan tertentu yang disebut sebagai tujuan finalis (tujuan akhir) agar sistem organisme berjalan dengan sempurna.<br />
Ketiga, metode genetik, yaitu metode yang mengkaji tentang penelusuran secara historis bagaimana terjadinya sebuah organ, sel ataupun jaringan tertentu.<br />
Keempat, metode fungsional, yaitu metode yang melihat bahwa masing-masing organisme itu memiliki fungsi tertentu yang memungkinkan sistem organ itu berjalan dengan teratur dan baik.<br />
</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-31936738993007044392010-10-05T22:57:00.000-07:002010-10-05T23:55:39.729-07:00Cara Kerja Ilmu AlamIlmu alam adalah ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam (gejala alam yang tidak hidup). Sifat ilmu alam adalah empiris, artinya gejala alam itu dianggap sebagai fenomena yang dapat dibuktikan secara indrawi, dan konkret. Contoh Ilmu-ilmu alam adalah..<br />
<span class="fullpost"> <br />
geologi, astronomi, hidrologi, ilmu kimia, fisika, meteorologi, geodesi.<br />
Sifat Ilmu Alam<br />
Adanya praanggapan bahwa ada hukum alam, yang dapat dikenakan pada seluruh gejala alam. Sifat hukum alam memiliki ciri kuantitatif, suatu ciri yang melekat pada gejala alam yang muncul di masa lalu maupun di masa yang akan datang. Ciri kuantitatif merujuk pada kenyataan bahwa gejala alam memiliki besaran tertentu dan karenanya dapat dihitung, diukur secara matematis. Selain itu hukum alam memiliki sifat mekanistis, yaitu sifat keteraturan yang melekat pada gejala alam dan sifat keteraturan itu berjalan secara berkala serta memiliki siklus tertentu.<br />
Pendekatan atau Metode Ilmu-ilmu Alam<br />
Pertama, melalui metode observasi atau pengamatan melalui panca indra manusia serta didukung oleh alat tertentu, alat yang dioperasionalkan untuk menunjang pengamatan tersebut. Kedua, metode deskripsi yang bertujuan untuk melukiskan, menggambarkan tentang gejala alam serta interaksi di antara gejala-gejala alam tersebut. Ketiga, metode erklaeren atau metode eksplanasi, adalah metode untuk menerangkan tentang berbagai hubungan gejala alam itu satu dengan yang lainnya. Keempat, metode kausalitas, yaitu metode yang mencoba menjelaskan gejala alam atas dasar hubungan sebab akibat.<br />
</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-67807952760245911702010-10-05T22:55:00.000-07:002010-10-05T22:55:54.255-07:00Cara Kerja Ilmu EmpirisIlmu Empiris adalah ilmu yang bertitik tolak pada pengalaman indrawi. Pengalaman indrawi diartikan sebagai sentuhan, penglihatan, penciuman, pengecapan seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Dengan demikian pengalaman indrawi dari seorang ilmuwan berkaitan dengan objek penelitian yang sifatnya sangat konkret, faktual. Dalam pengamatan atau observasi terhadap objek tersebut, seorang peneliti atau ilmuwan atau mahasiswa dapat menggunakan sarana untuk....<br />
<span class="fullpost"> <br />
menunjang pengamatannya itu. Sarana itu dapat berupa alat-alat seperti mikroskop, teleskop, thermometer, neraca ataupun alat-alat pengukur lainnya. Tujuan pengamatan untuk memperoleh ataupun menangkap semua gejala terhadap semua objek yang diamatinya serta menjelaskan dengan benar. Hasil dari pengamatan itu berupa data awal yang harus dicatat dengan cermat, yang kelak akan sangat berguna bagi analisis sebuah penelitian.<br />
Objek Ilmu Empiris<br />
Ilmu empiris memiliki objek yang dapat dibedakan dari dua aspek, yaitu objek materi dan objek formal. Objek materi berupa apa saja yang dapat dimati oleh manusia, seperti alam semesta, mahluk hidup di dunia ini, dan manusia. Objek forma adalah pokok perhatian seseorang terhadap sesuatu yang menjadi minatnya yang sangat khusus. Objek forma atau aspek yang khusus dalam ilmu empiris dapat berupa misalnya minat yang sangat tinggi tentang kesehatan manusia, tentang pertumbuhan dan perkembangan dari tumbuh-tumbuhan, dari hewan, serta adat istiadat suatu bangsa/masyarakat tertentu. Dari hasil objek forma yang beraneka ragam itulah memunculkan ilmu-ilmu tertentu yang sifatnya empiris, misalnya ilmu kedokteran, biologi, ilmu teknik, botani, zoologi, antropologi, ilmu sosial.<br />
Pendekatan atau Metode Ilmu Empiris<br />
Pendekatan atau metode merupakan cara seorang ilmuwan atau peneliti atau mahasiswa mendapatkan data saat ia sedang melakukan pengamatan. Lazimnya di dalam ilmu empiris seorang ilmuwan atau mahasiswa menggunakan pendekatan atau metode induktif. Metode induktif adalah sebuah metode yang digunakan dalam ilmu empiris yang mencoba menarik kesimpulan dari penalaran yang bersifat khusus untuk sampai pada penalaran yang umum sifatnya. Pada penalaran yang sifatnya khusus itu, seorang pengamat akan mengamati beberapa hal atau sesuatu yang memiliki ciri-ciri yang khusus. Sebagai contoh, saat Takhfif melihat buah jeruk yang diletakkan di dalam sebuah keranjang, ia melihat bahwa keduapuluh jeruk itu berwarna kuning dan bentuknya bulat. Atas dasar itulah Takhfif menyimpulkan bahwa jeruk (yang berjumlah 20 yang berada di dalam keranjang semuanya berwarna kuning dan bentuknya bulat. Metode induksi berguna bagi ilmu empiris karena mendasarkan pada pengamatan faktual dan dipakai sebagai landasan berpijak pada ilmu empiris.<br />
</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6737038527670379015.post-56799547667448645782010-10-05T22:53:00.000-07:002010-10-05T23:55:39.732-07:00FILSAFAT ILMUPada bab ini akan dibahas tentang pengertian filsafat ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta persamaan dan perbedaan yang mendasar tentang keduanya dengan filsafat.Pengenalan tentang berbagai bentuk pengetahuan dan ilmu pengetahuan sangatlah berguna terutama dalam menentukan dasar seseorang dalam...<br />
<span class="fullpost"> <br />
memasuki dunia ilmu pengetahuan atau dunia ilmiah.<br />
PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN<br />
Pengertian Pengetahuan<br />
Bagi manusia hal utama yang sangat penting bagi dirinya adalah keingintahuan tentang sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa apa saja, sesuatu yang tampak konkret, nyata seperti meja, kursi, teman, alat-alat kedokteran, buku ,dan lain sebagainya. Baginya apa yang nampak dan diketahuinya akan menjadi sebuah pengetahuan, yang sebelumnya belum pernah dikenalnya. Untuk mendapatkan pengetahuan itu, maka pengenalan akan pengalaman indrawi sangat menentukan. Seseorang dapat membuktikan secara indrawi, secara konkret, secara faktual, dan bahkan ada saksi yang mengatakan, bahwa benda itu, misalnya kursi, memang benar ada dan berada di ruang kerja seseorang. Dengan pembuktian secara indrawi: karena sentuhan, penglihatan, pendengaran, penciuman, daya pengecap, dan argumen-argumen yang menguatkannya, maka sebenarnya telah muncul suatu kebenaran tentang pengetahuan itu. Bagaimana sebenarnya pengetahuan berasal? Pengetahuan muncul karena adanya gejala. Gejala-gejala yang melekat pada sesuatu misalnya bercak-bercak merah pada kulit tubuh manusia, aroma bau tertentu karena seseorang sedang membakar sate ayam, bau yang menyengat karena sudah lama got itu tidak dibersihkan, semua gejala itu muncul dihadapan kita. Kita harus “menangkap” gejala itu atas dasar pengamatan indrawi, observasi yang cermat, secara empiris dan rasional. Pengetahuan yang lebih menekankan adanya pengamatan dan pengalaman indrawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Selain telah mengenal adanya pengetahuan yang bersifat empiris, maka pengetahuan empiris tersebut harus dideskripsikan, sehingga kemudian kita mengenal adanya pengetahuan deskriptif. Pengetahuan deskriptif muncul bila seseorang dapat melukiskan, menggambarkan segala ciri, sifat, gejala yang nampak olehnya, dan penggambaran tersebut atas dasar kebenaran (objektivitas) dari berbagai hal yang diamatinya itu.<br />
Pengalaman pribadi manusia tentang sesuatu dan terjadi berulang kali juga dapat membentuk suatu pengetahuan baginya. Sebagai contoh, Takhfif merasa bahwa ia akan terlambat kuliah di kampus (kuliah di mulai pukul 9 pagi) apabila berangkat dari rumah pukul 7.30 pagi, karena perjalanan ke kampus membutuhkan waktu 2 jam. Selama ini ia sering terlambat masuk kuliah karena berangkat dari Rayon pukul 7.30 pagi. Untuk itu ia telah berpikir dan memutuskan bahwa setiap hari ia harus berangkat pukul 6.30 agar tidak terlambat di kampus. Contoh tersebut menunjukkan bahwa pemikiran manusia atau kesadaran manusia dapat dianggap juga sebagai sumber pengetahuan dalam upaya mencari pengetahuan. Selain pengamatan yang konkret atau empiris, kekuatan akal budi sangatlah menunjang. Kekuatan akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme, (yaitu pandangan yang bertitik tolak pada kekuatan akal budi) lebih menekankan adanya pengetahuan yang sifatnya apriori, suatu pengetahuan yang tidak menekankan pada pengalaman. Matematika dan logika adalah hasil dari akal budi, bukan dari pengalaman. Sebagai contoh, dalam logika muncul pertanyaan: “jika benda A tidak ada, maka dalam waktu yang bersamaan, benda itu, A tidak dapat hadir di sini”, dalam matematika, perhitungan 2+2=4, penjumlahan itu sebagai sesuatu yang pasti dan sangat logis.<br />
Pengertian Ilmu Pengetahuan<br />
Sebuah pernyataan yang muncul dibenak setiap orang, sebenarnya ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah itu apa? Apakah ada perbedaan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan? Untuk menjawab hal itu perlulah kita mengulasnya dengan cermat. Ilmu pengetahuan muncul karena adanya pengalaman manusia ketika ia mendapatkan pengetahuan tertentu melalui proses yang khusus. Sebuah cerita tentang Newton, bagaimana ia menemukan teori gravitasi dalam ilmu fisika bermula ketika ia merasakan sesuatu, yaitu apel yang jatuh dan menimpa kepalanya saat sedang duduk di bawah pohon apel. Pengalaman tentang sesuatu itulah yang menyebabkan orang kemudian berpikir dan berpikir lebih lanjut tentang sebab peristiwa tersebut. Berkat ketekunan, kesabaran, keingintahuan serta didukung dengan kepandaian dan intelegensi yang memadai dan daya kreativitas yang tinggi seseorang dapat menciptakan teori-teori atau hukum atau dalil dan teori-teori tersebut agar dapat diterapkan bagi kepentingan umat manusia. Munculnya teknologi atau hasil dari ilmu pengetahuan (berupa benda-benda di sekeliling manusia seperti misalnya mobil, pesawat terbang, kereta api, komputer, telpon selular, dan sebagainya), dari masa ke masa telah menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan memang mengalami kemajuan yang sangat pesat. <br />
Tetapi pengalaman yang bersifat indrawi belumlah cukup untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. Pengalaman indrawi tersebut harus mengalami proses ilmiah yang lebih lanjut, dan hal ini dikenal sebagai proses metodologis. Proses metodologis adalah suatu proses kerja di dalam kegiatan ilmiah (misalnya dapat berada dalam suatu laboratorium) untuk mengolah gejala-gejala pengetahuan dan bertujuan mendapatkan kebenaran dari gejala-gejala tersebut. Untuk itulah di dalam setiap proses metodologis atau proses kegiatan ilmiah, observasi atau pengamatan yang cermat terhadap objek penelitian haruslah diperhatikan dengan benar. Pengamatan secara empiris atau indrawi yang didukung dengan alat bantu tertentu seperti misalnya mikroskop, tape recorder atau kuesioner sangat membantu bagi seorang peneliti dalam mencari dan menemukan fakta penelitiannya. Hasil dari ilmu pengetahuan yang mendasarkan pada pengamatan indrawi dan faktual disebut sebagai ilmu pengetahuan empris. Ini berarti bahwa ilmu empiris bergantung pada objek penelitian yang sangat konkret dan terlihat, tersentuh, terdengar dan tercium oleh panca indra manusia. Di sisi lain, ilmu pengetahuan haruslah dapat dilukiskan, digambarkan, diuraikan secara tertulis tentang segala ciri-ciri, sifat maupun bentuk dari gejala-gejalanya, dan ilmu pengetahuan semacam itu disebut sebagai ilmu pengetahuan deskriptif. Contoh ilmu empiris adalah antara lain: ilmu kedokteran, antropologi, arkeologi, ilmu teknik, biologi, ilmu kimia, ilmu fisika, sedang contoh ilmu deskriptif adalah antara lain: ilmu filsafat, susastra, ilmu kedokteran, biologi, ilmu keperawatan, sosiologi, antropologi, dan sebagainya.<br />
Bagi seorang ilmuwan lingkup ilmiah sangat mendukung dalam proses penelitiannya. Lingkup ilmiah tersebut haruslah sangat dikenal dan diakrabinya. Ia harus mengenal tentang langkah-langkah dalam kegiatan penelitiannya atau istilah teknis dalam kegiatan penelitian. Ia harus dapat berpikir logis, runtut dalam setiap langkah ataupun tahapan dalam setiap penelitiannya. Tahapan penelitian atau cara kerja ilmiah lazimnya dilalui dengan proses penalaran yang meliputi , misalnya : <br />
a). Observasi yaitu pengamatan terhadap objek penelitian yang sifatnya konkret seperti manusia, bangunan, monumen, tumbuh-tumbuhan, penyakit dan sebagainya dan objek penelitian tersebut merupakan fenomena bagi penelitian seseorang atau peneliti. <br />
b). Fakta yaitu suatu realitas yang dihadapi seorang peneliti, sesuatu yang saya lihat atau sesuatu tentang apa yang terjadi yang berkaitan dengan gejala dalam fenomena seseorang. <br />
c). Data yaitu hasil atau sejumlah besaran atau kuantitas yang berasal dari fakta yang telah ditemukan oleh si peneliti. Di dalam data inilah seorang peneliti telah menemukan gejala yang lebih bersifat kuantitatif dan konkret/faktual dari objek penelitiannya, misalnya jumlah rumah sakit swasta yang ada di DKI Jakarta ada 30 buah; penderita diabetes mellitus pada Puskesmas Rawamangun pada bulan Maret 2006 berjumlah 10 orang, dan sebagainya. <br />
d). Konsep merupakan pengertian atau pemahaman tentang sesuatu (yang berasal dari fakta), dan pemahaman itu berada pada akal budi atau rasio manusia. Konsep selalu dipikirkan oleh manusia, dan oleh karenanya menjadi pemikiran manusia. Bagi seseorang atau peneliti yang memiliki konsep tertentu atau konsep tentang sesuatu maka konsep tersebut harus dituliskan agar dapat dipahami oleh orang lain. <br />
e) Klasifikasi atau penggolongan atau kategori adalah mengelompokkan gejala atau data penelitian ke dalam kelas-kelas atau penggolongan ataupun kategori atas dasar kriteria-kriteria tertentu. Syarat klasifikasi atau penggolongan ataupun kategori haruslah memiliki ciri, sifat yang homogen atau sama. Apabila ciri, sifat dari gejala itu tidak sama, maka klasifikasi dari suatu gejala atau data penelitian tersebut tidak menunjukkan kadar ilmiah yang benar. <br />
f) Definisi yaitu merumuskan tentang sesuatu atau apa yang disebut (definiendum) dengan perumusan tertentu atau apa yang dinamakan (definiens). Definisi membantu seorang peneliti atau ilmuwan untuk merumuskan tentang sesuatu/ hal itu agar orang lain lebih mudah memahami perumusan tersebut. Untuk itu ada beberapa jenis definisi yang dijelaskan sebagai berikut :<br />
(1). Definisi etimologis yaitu menjelaskan sesuatu atas dasar asal katanya. Misalnya kata biologi berasal dari bahasa Yunani (bios dan logos), yang artinya ilmu yang mempelajari tentang mahluk hidup<br />
(2). Definisi stipulatif adalah merumuskan sesuatu atau istilah tertentu yang akan digunakan untuk masa depan. Pengertian masa depan adalah suatu pengerti-an yang diarahkan pada kegiatan seminar, ceramah, isi buku dan dalam kegiatan ilmiah tertentu istilah-istilah yang baru dimunculkan.<br />
(3). Definisi deskriptif merumuskan tentang sesuatu atas dasar sejarah, ciri, sifat, kriteria-kriteria yang ada pada sesuatu atau gejala-gejala itu.<br />
(4). Definisi operasional merumuskan tentang pelaksanaan atau cara kerja dari fungsi dan peran gejala, alat atau benda tertentu. Definisi operasional lazim digunakan dalam ilmu teknik, ilmu pengetahuan kealaman.<br />
(5). Definisi persuasif merumuskan sesuatu dengan tujuan agar rumusan tersebut dapat mempengaruhi pemikiran seseorang. Definisi persuasif sering dipakai dalam kegiatan periklanan yang ditayangkan dalam media elektronik maupun media cetak, kegiatan kampanye politik dan sebagainya.<br />
Definisi yang telah disebutkan di atas ternyata harus dipahami bahwa setiap perumusan definisi selalu menggunakan pernyataan bahasa. Bagi ilmu pengetahuan maka bahasa memegang peran penting, karena dapat mengungkapkan segala kegiatan penelitian seorang ilmuwan baik itu secara lisan maupun tertulis. Terutama dalah bahasa tulisan, maka bahasa ilmiah (bahasa ilmu) yaitu bahasa yang digunakan seorang ilmuwan dalam penelitiannya sangatlah penting karena segala upaya pembenaran metodologisnya berada di dalamnya seperti penjelasan dalam perumusan hipotesa, konsep, definisi, teori dan sebagainya.<br />
Langkah proses penalaran pada penelitian berikutnya yaitu:<br />
g). Hipotesa adalah suatu ramalan atau prediksi dalam kegiatan penelitian yang harus dibuktikan kebenarannya. Dalam hipotesa tersebut, perumusan masalah sangatlah penting. Seorang peneliti harus mampu merumuskan permasalaan penelitian dengan cermat dan teliti. Dan atas dasar hipotesa tersebut, maka ilmuwan atau peneliti akan menganalisanya lebih lanjut.<br />
h). Teori adalah hubungan yang sedemikian rupa antara gejala satu dengan gejala lainnya dan hubungan tersebut telah dibuktikan kebenarannya. Sebenarnya, teori yang telah teruji kebenarannya berasal dari hipotesa yang telah ada (yang sebenarnya berasal dari kerja keras si ilmuwan, usaha yang tak mengenal lelah dan selalu melakukan trial dan error, uji coba dan pada akhirnya si ilmuwan itu membuahkan hasil teori yang sahih).<br />
</span>Rayon "Perjuangan" Ibnu Aqilhttp://www.blogger.com/profile/11339416731619334789noreply@blogger.com0